Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri minuman mengatakan momentum Natal dan pergantian tahun tidak akan berdampak signifikan dalam perbaikan kinerja sepanjang tahun ini yang terlanjur lesu akibat rendahnya daya beli.
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Prijosoesilo mengatakan bahwa pihaknya tetap realistis terhadap kinerja tahun ini dengan adanya penurunan konsumsi masyarakat pada tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan tahun ini akan kurang dari 5%.
“Kalau industri minuman sendiri, sebenarnya Januari-September 2015 hanya tumbuh 2%-3%. Rendah sekali, dibanding biasa yang berkisar 9%-11%,” ujarnya pada Bisnis.
Dia mengatakan bahwa sebagai industri yang lebih 50% mengandalkan konsumsi domestik, sudah selayaknya industri ini mengalami perlambatan. Padahal, sektor makanan dan minuman menopang 30% untuk PDB industri pengolahan non-migas. Untuk itu, dia beranggapan bahwa pemerintah perlu senantiasa menjaga daya beli masyarakat untuk mendorong industri tetap stabil.
Menurutnya, pemerintah harus terus membuat kebijakan agar daya beli masyarakat bisa terjaga. Terkait dengan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah, Triyono berpendapat bahwa sejauh ini belum terasa banyak perubahan akibat implementasi yang belum maksimal.
“Spiritnya memang bagus, terlihat dalam paket kebijakan yang sudah terbit. Tapi bagaimana atensi ini juga terealisasi. Implementasinya kan belum terasa hingga sekarang. Padahal ini harus cepat agar kegiatan ekonomi yang di bawah itu juga bisa bergerak lagi,” jelasnya.
Secara keseluruhan, industri makanan dan minuman (mamin) mengalami perlambatan pada kuartal ketiga tahun ini dengan pertumbuhan yang hanya sebesar 6,95% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 10,08%. Sedangkan untuk dua kuartal sebelumnya di tahun ini, pertumbuhan industri mamin menembus 8%.