Bisnis.com, JAKARTA – Lesunya permintaan yang terjadi di sepanjang tahun ini membuat utilitas produksi industri cat nasional hanya berkisar 60%.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI) Dedi Hernawan mengatakan bahwa tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, momentum peningkatan penjualan yang biasanya terjadi saat lebaran dan 17 Agustus juga tidak membantu kinerja.
“Agustus itu mestinya cat merah dan putih laku keras, lebaran juga. Tapi ternyata enggak, banyak meleset tahun ini. Saya kurang hapal volumenya, tapi tahun lalu nilainya Rp15 triliun. Tahun ini pasti lebih rendah, dengan utilitas yang hanya 60%,” ujarnya pada Bisnis belum lama ini.
Dia mengatakan prediksi pertumbuhan yang ditentukan tiap-tiap produsen meleset dengan melemahnya daya beli masyarakat, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan juga kondisi perekonomian secara umum. Dengan komposisi bahan baku impor yang masih cukup tinggi, tentunya semakin menekan industri cat nasional.
“Kami kebanyakan menunggu. Karena dengan kondisi dolar, kami membeli dalam dolar dan jual dalam rupiah. Sementara untuk menurunkan harga agak rumit karena formualnya sudah begitu efisien. Bisa berpengaruh ke kualitas,” katanya.
Dia mengatakan bahwa meskipun hingga kuartal keempat tahun ini belum terasa perbaikan yang signifikan, dia berharap pasar tahun depan lebih bergairah. “Sudah mulai terasa, khususnya untuk daya beli. Mungkin ke depan akan naik lagi.”
Industri cat di Indonesia sendiri terdiri atas lima segmen yakni dekoratif arsitektural, otomotif, industrial, wood finish dan marine, offshore and protective coating (MOPC). Adapun produksi paling besar untuk dekoratif arsitektural, berkisar 50%.