Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian menyatakan kontribusi industri kreatif Tanah Air terhadap produk domestik bruto hingga Juni 2015 telah mencapai 6,3% atau setara dengan Rp104,73 triliun.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor kerajinan dengan laju pertumbuhan ekspor sebesar 11,81%, kemudian disusul oleh produk fesyen dengan pertumbuhan 7,12%, periklanan sebesar 6,02%, dan arsitektur 5,59%.
“Industri kreatif ini akan semakin berkembang seiring perlindungan pemerintah yang dilakukan melalui pendekatan Indikator Geografis. Akhir September lalu, enam kementerian menandatangai nota kesepahaman tentang perlindungan dan pengembangan potensi produk indikasi geografis,” ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam keterangan resmi, Jumat (6/11/2015).
Secara garis besar, lanjutnya, indikasi geografis dipahami sebagai penggunaan nama lokasi di mana sebuah barang diproduksi atau terkait lokasi yang identik dengan produk. Misalnya, tenun ikat rote, kain songket Palembang, kue lapis talas Bogor, batik Jogja, kopi arabika Kintamani Bali, mebel ukir Jepara dan lain-lain.
Pada tahun lalu, lanjutnya, peringkat ekspor barang kreatif Indonesia naik ke peringkat 25 dunia dari sebelumnya 85 pada 2013. Data statistik menunjukkan kontribusi industri kreatif terhadap PDB dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pada 2013 kontribusi industri kreatif terhadap PDB sebesar 6,9%, lalu meningkat menjadi 7,6% pada tahun berikutnya, dan tahun ini diperkirakan mencapai 8%-9%.