Bisnis.com, BANDUNG - Proses produksi massal pesawat N-219 oleh PT Dirgantara Indonesia (DI) diklaim tinggal selangkah lagi, yakni mengantongi sertifikasi CASR 23.
Direktur Produksi PT DI Arie Wibowo mengatakan pesawat yang dikembangkan LAPAN tersebut akan diproduksi massal dan dijual secara komersial ke publik setelah mengantongi uji layak terbang tersebut. Sebagai informasi, CASR 23 dikembangkan untuk menentukan standar kelaikan udara untuk pesawat terbang kecil.
"Pengembangan pesawat ini direncanakan mulai 2017. Pada tahun pertama, PT DI dipastikan sanggup memproduksi pesawat ini sebanyak 6 unit," katanya saat pre-rool out pesawat N-219 di Bandung, Rabu (4/11/2015).
Arie menjelaskan selanjutnya perseroan akan meningkatkan jumlah produksi menjadi 18--20 unit pesawat setahun untuk memenuhi pesanan yang sudah masuk dari sejumlah pemerintah daerah dan perusahaan swasta.
Salah satu pemesannya dari pemda Aceh dan Papua yang sumber pendanaannya mendapatkan dukungan pembiayaan dari perbankan.
Dia menambahkan, untuk pengembangan model pesawat saat ini sudah tidak lagi membutuhkan suntikan dana, karena Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah mendapatkan dana Rp450 miliar hingga proses pesawat laik terbang.
Suntikan dana yang diterima PT DI pada 2012 sebesar Rp63 miliar bersumber dari APBN. Penyertaan Modal Negara (PMN) tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk biaya produksi pesawat N-219.
"Dana tersebut kami gunakan untuk revitalisasi fasilitas produksi. Termasuk jig and tools untuk pesawat N-219."
Sementara itu, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI Andi Alisyahbana menjelaskan pesawat N219 didesain menghubungkan sejumlah daerah terpencil di Indonesia yang notebene tidak memiliki landasan pacu ideal.
Potensi penjualan N-219 sangatlah tinggi. Hal disebabkan karena jumlah armada pesawat dengan segmen 10-19 kursi usianya telah melewati 25 tahun dengan batasan usia operasional 30 tahun akan banyak dipensiunkan.
"Dan pesawat ini diharapkan akan mampu menggantikan pesawat yang telah ada sebelumnya di segmen pesawat perintis yang kedepannya tidak akan diproduksi kembali," ujarnya.
Disamping itu, berdasarkan analisa yang dilakukannya hingga 2022 untuk penjualan pesawat N-219 di Asia dan Pasifik untuk kategori umum bisa mencapai 120 unit dan 188 pesawat dibeli kalangan pemerintah.
Dia menyebutkan, saat ini progres pesawat demi mendapatkan sertifikat telah mencapai 30%, sedangkan untuk melakukan first flight baru 50%. Pesawat N-219 menggunakan teknologi terbaru dan terdepan dilihat dari Avionic Set terbanyak bagi pesawat FAR 23.
"Pesawat ini dapat terbang rendah mencapai 59 knots, memiliki landing gear tetap sehingga akan memudahkan pemeliharaan dan mengurangi biaya pemeliharaan," ujarnya.
PT DI mengklaim pesawat ini 100% dikerjakan oleh putra-putri bangsa. Sehingga diharapkan menjadi tonggak bangkitnya kembali industri dirgantara Indonesia dnegan bersingergi kepada industri dalam negeri terkait.
Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN Gunawan Setyo menyatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah rencana selain mengembangkan pesawat N-219 yakni mengembangkan pesawat N-245 yang akan dimulai pada 2017 lalu diikuti pengembangan N-270 pada 2019.
Lewat program tersebut diharapkan menjadi solusi permasalahan di daerah-daerah terpencil di Indonesia.