Bisnis.com, JAKARTA—Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia menyatakan Uni Eropa memprioritaskan negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement dengan Indonesia dan berambisi mempercepat pembahasan.
Moazzam Malik, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, mengatakan dengan kerja sama perdagangan bebas, hubungan ekonomi Indonesia dengan negara kawasan akan meningkat serta terus memperpanjang surplus neraca perdagangan Indonesia ke Uni Eropa.
“Berdasarkan kajian Centre for Strategic and International Studies (CSIS), kerja sama perdagangan bebas ini akan menguntungkan Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja di sini. Di sisi lain juga menguntungkan untuk Uni Eropa,” tuturnya usai menemui Menteri Perindustrian, Selasa (20/10/2015).
Menurutnya, Uni Eropa saat ini masih menunggu Indonesia mempersiapkan scoping paper sebagai wujud ambisi dan komitmen dalam negosiasi. Uni Eropa bahkan telah siap untuk memulai pembahasan pada tahun depan.
Terkait dengan jumlah pos tarif yang akan dihilangkan dalam negosiasi ini, Moazzam mengatakan hal itu tergantung dari pembahasan secara detil oleh kedua belah pihak. Namun, berkaca dari kesepakatan yang telah dijalin dengan Vietnam dan negara Asean lainnya, kerja sama perdagangan bebas menciptakan hubungan dagang yang dekat.
Selain membahas EU CEPA, kunjungannya ke Menteri Perindustrian juga membahas peningkatan hubungan bisnis dan perdagangan dengan Indonesia. Komitmen Presiden Jokowi menyederhanakan perizinan diyakini dapat meningkatkan investasi Inggris di Indonesia.
“Kami sudah berinvestasi di bidang energi, infrastruktur dan lainnya. Saya berharap dalam beberapa minggu ke depan kita akan melihat perusahaan asal Inggris berinvestasi dan membuka pabrik serta mengumumkan rencana investasi di Indonesia,” tuturnya.
Sebelumnya (Bisnis, 19/10), Achmad Sigit Dwiwahjono, Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin, mengatakan scoping paper yang diajukan Uni Eropa dengan pembebasan tarif sebesar 95% dapat mengganggu industri dalam negeri.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian masih menghitung keuntungan dan kerugian yang diterima industri dalam negeri jika Indonesia menjalin kerja sama perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
“Produk kita yang paling siap diekspor relatif hanya tekstil dan persepatuan, sementara sisanya bahan mentah seperti crude palm oil, karet dan lainnya. Sementara mereka mengincar pembebasan tarif untuk otomotif, elektronika dan produk teknologi tinggi lainnya,” tuturnya.
Pihaknya menilai FTA dengan Uni Eropa berpotensi mengganggu industri dalam negeri secara keseluruhan. Pasalnya, porsi konsumsi domestik dalam produk domestik bruto mencapai 55%, sementara ekspor yang mencapai 20% didominasi oleh CPO, karet, tekstil dan persepatuan.