Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri keramik meminta pemerintah segera mengumumkan kepastian besaran penurunan harga gas industri yang akan berlaku pada 1 Januari 2016.
Edy Suyanto, Direktur Operasional PT Arwana Citramulia Tbk., mengatakan pelaku industri belum dapat menghitung penurunan ongkos produksi tahun depan secara riil jika kepastian besaran penurunan harga gas belum diumumkan oleh pemerintah.
“Secara industri kami belum memperoleh kepastian besaran penurunan harga gas. Paling tidak kami syukuri kebijakan ini. Penurunan harga gas idealnya sekitar US$2 hingga US$2,5 per MMbtu, sehingga cost operasional dari sisi gas tidak kalah jauh dengan industri Thailand,” katanya, Kamis (15/10/2015).
Paket kebijakan ekonomi jilid III yang dikeluarkan pemerintah, lanjutnya, telah menyuntikkan sentimen positif kepada industri. Penurunan harga gas industri pada tahun depan juga akan mendongkrak daya saing industri nasional dalam menghadapi agenda masyarakat ekonomi Asean.
Selain penurunan harga gas, pemberian diskon tarif listrik untuk penggunaan pada pukul 23.00 – 08.00 yang dimulai pada 1 Januari 2016 juga berdampak positif terhadap industri keramik. Pasalnya, industri ini beroperasi selama 24 jam.
“Penggunaan gas itu 30%-35% di industri keramik, setiap penurunan harga berdampak positif kepada industri ini. Kami masih menunggu kabar dari pemerintah, sehingga dapat segera menghitung rencana bisnis tahun depan dengan penurunan tarif gas dan listrik,” tuturnya.
Secara nasional penjualan keramik telah meningkat sejak Agustus, dan pada bulan lalu penjualan sudah mulai terdongkrak. Peningkatan penjualan keramik secara linier mengikuti tren penjualan semen yang dipublikasi oleh Asosiasi Semen Indonesia telah meningkat sejak Agustus.
Pada tahun ini, lanjut Edy yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), kapasitas produksi keramik nasional mencapai 500 juta meter persegi per tahun, dan hingga akhir tahun utilitas mesin produksi diprediksi 75% - 80%.