Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesulitan Bahan Baku, Industri Mamin Hilir Garap Hulu

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia menyatakan sejumlah produsen mamin hilir mulai masuk ke industri hulu dan antara untuk mengatasi kesulitan pasokan bahan baku.
Deretan produk makanan di sebuah minimarket/JIBI
Deretan produk makanan di sebuah minimarket/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia menyatakan sejumlah produsen mamin hilir mulai masuk ke industri hulu dan antara untuk mengatasi kesulitan pasokan bahan baku.

Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), mengatakan sejumlah anggota asosiasi tengah mendirikan pabrik bahan baku dan antara seperti flavor, konsentrat, jus buah dan lainnya.

“Kebutuhan impor bahan baku industri mamin sangat tinggi, semua industri berbasis terigu dan gula 100% impor, berbasis susu 70%, kedelai 70% impor, gandum 100% impor, flavor, jus, dan konsentrat buah 60%-70% impor. Maka kita harus menyiapkan industru hulu,” ujarnya, Selasa (6/10/2015).

Dengan mendirikan industri hulu, ke depan industri mamin dalam negeri diyakini tidak akan terkena dampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Selain itu, upaya ini akan memperkuat struktur industri dalam negeri.

Laporan terbaru, lanjutnya, pabrik gula rafinasi berbahan baku tebu lokal milik Sugar Labinta Group telah berproduksi secara penuh. Selain itu, salah satu emiten dalam negeri tengah mempersiapkan pembangunan pabrik garam industri.

Kendati demikian, Adhi enggan menjelaskan nama perusahaan yang tengah mempersiapkan pabrik garam industri, flavor, konsentrat, dan jus buah. Berdasarkan catatan Bisnis, PT Kimia Farma Tbk. sejak tahun lalu telah memulai pembangunan pabrik garam farmasi di Jombang, Jawa Timur.

Perusahaan menargetkan pabrik tersebut dapat beroperasi pada semester I tahun ini. Pabrik senilai Rp28,8 miliar ini akan memiliki kapasitas produksi 2.000 ton per tahun. Adapun sekitar 95% produksi akan diserap industri farmasi Indonesia dan sisanya untuk produk obat perusahaan.

Adhi mengungkapkan untuk meningkatkan daya tahan industri terhadap fluktuasi nilai tukar, pemerintah harus mendukung penuh pendirian pabrik bahan baku dan antara di dalam negeri.

Masalah utama yang dihadapi hingga saat ini adalah terbentur rencana tata ruang wilayah, peruntukan wilayah dan perizinan lain. Kasus pembebasan lahan untuk garam industri di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur yang sejak 2010 hingga kini tidak selesai menjadi contoh nyata.

Kendati penggunaan garam dalam industri mamin memiliki porsi kecil, kinerja industri garam industri mutlak dilakukan. Tahun ini kebutuhan garam untuk industri mamin mencapai 397.000 ton. Berdasarkan tren, kebutuhan garam setiap tahun meningkat 7%-8%.

Saat ini, sejumlah paket kebijakan yang diluncurkan pemerintah cukup membantu dunia usaha. Deregulasi melalui kemudahan impor bahan baku dengan pengetatan post audit cukup memperbaiki iklim usaha di Indonesia.

Sepanjang tahun ini, lanjutnya, akibat perlambatan ekonomi nasional dan global, kinerja industri mamin secara value rata-rata naik 8%-11%. Namun, secara volume, produksi industri mamin pada tahun ini mengalami stagnasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper