Bisnis.com, JAKARTA - PT Cendana Indopearls membidik Pulau Rinca di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai tambak budidaya mutiara yang baru.
Sebelumnya, perusahaan patungan asal Australia tersebut memiliki sejumlah tambak di Manggarai Barat, Lembata, Aljui, Alor, dan Bali utara.
Direktur PT Cendana Indopearls R.P. Raditya mengatakan pulau tersebut sangat potensial dikembangkan sebagai tambak budidaya mutiara.
Pasalnya, wilayah perairan di pulau tersebut dinilai bersih dari polusi yang disebabkan oleh limbah pabrik, pertambangan, ataupun limbah rumah tangga.
“Pulau itu tidak berpenghuni,” ujarnya sebagaimana dikutip dari harian Bisnis Indonesia, Senin (24/8/2015).
Menurut Raditya, budidaya mutiara membutuhkan kondisi air yang jernih dan bebas polusi. Pulau Rinca dinilai sangat potensial karena memiliki kualitas yang dibutuhkan sebagai tempat budidaya mutiara.
Saat ini, pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengurus perizinan.
Cendana Indopearls telah menyiapkan anggaran belanja modal (capital expenditure) sekitar US$4,5 juta pada tahun ini guna membuka tambak baru sekaligus mengelola sejumlah tambak yang dimiliki.
Alokasi dana tersebut menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata mencapai US$6 juta per tahun.
Penurunan nilai belanja modal, lanjutnya, dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang melambat sehingga menyebabkan bisnis budidaya turun pamor.
Pada tahun ini, manajemen memutuskan untuk fokus pada pembukaan tambak baru yang potensial serta mempertahankan pangsa pasar melalui strategi penjualan lewat lelang.
Guna memangkas biaya operasional, perusahaan memutuskan menutup sejumlah toko (showroom). “Ada beberapa showroom kami tutup,” ujarnya.
Raditya menambahkan industri budidaya mutiara cenderung lesu dalam beberapa tahun terakhir. Selain akibat tekanan ekonomi global yang melambat, lesunya bisnis mutiara terjadi karena penurunan produksi mutiara berkualitas.
Hal tersebut di antaranya diakibatkan oleh pencemaran yang terjadi di laut dan pantai tempat budidaya mutiara.
Pada 2014, produksi kerang mutiara Cendana Indopearls mencapai sekitar 342.775 ekor kerang. Padagal, pada tahun sebelumnya, produksi kerang mutiara tercatat sebanyak 953.4288 ekor kerang.
Adapun, KKP mencatat nilai ekspor mutiara Indonesia pada 2014 adalah senilai US$25,8 juta, atau sekitar 2,04% dari total nilai ekspor seluruh jenis mutiara di dunia yang mencapai US$1,2 miliar.
Nilai ekspor tersebut cenderung stagnan dibandingkan ekspor pada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu penyebab utamanya adalah menurunnya produksi mutiara, terutama mutiara kualitas grade A yang diminati oleh pasar Jepang, Hong Kong, dan Australia.