Bisnis.com, SEMARANG - Penanaman modal asing (PMA) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan II/2015 berkontribusi US$403 juta atau meningkat 57% bila dibandingkan triwulan sama tahun lalu.
Kepala BPMD Provinsi Jateng Sujarwanto Dwiatmoko menerangkan kepeminatan investor asing membangun perusahaan di wilayah ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya ketersedian lahan, keuletan tenaga kerja dan upah yang terbilang lebih rendah daripada DKI Jakarta dan sekitarnya.
Lebih rinci, dia menyebutkan nilai investasi PMA triwulan II/2015 mencapai US$403 juta atau meningkat 57% daripada triwulan sama tahun lalu diangka US$170 juta.
Adapun, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada triwulan II/2015 tercatat Rp2,8 triliun atau lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu Rp4,3 triliun.
“Secara nasional, realisasi investasi asing Jateng urutan keenam. Tahun lalu kita di urutan kesepuluh. Jadi ada peningkatan,” paparnya, Jumat (7/8/2015).
Sujarwanto mengakui mayoritas industri baru yang membenamkan modal di Jateng yakni industri padat karya. Mereka tertarik berinvestasi di Jateng karena membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
Di antara industri yang bertumbuh di Jateng yakni industri tekstil, industri garmen dan industri logam.
“Ke depan, kami arahkan semua industri bisa memproduksi bahan baku, seperti industri garmen yang dipelopori oleh PT Sritex yang memproduksi rayon, salah satu bahan baku tekstil,” paparnya.
Pertumbuhan kegiatan usaha di Jateng pada triwulan II/2015 dibandingkan triwulan sebelumnya juga sesuai dengan survei dari Bank Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan angka saldo bersih tertimbang (SBT) yang tercatat sebesar 36,80%, lebih tinggi dibandingkan dengan SBT triwulan I/2015 sebesar 7,55%.
Namun, angka itu relatif sama dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 35,90%.