Bisnis.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi sektor aspal buton guna mendukung infrastruktur jalan tingkat provinsi maupun nasional.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan ketergantungan penggunaan aspal minyak sedikit demi sedikit ingin diganti oleh pemerintah dengan menggunakan aspal buton.
Pihaknya meminta penggunaan aspal buton perlu ditingkatkan dengan menyediakan alat conveyor untuk melengkapi Asphalt Mixing Plant (AMP) yang dibutuhkan.
Menurutnya, dengan suplai yang melimpah aspal buton mampu menutupi kekurangan yang harus diimpor pemerintah.
“Aspal buton ini terlambat. Sejak pelajaran SD tempat aspal di Indonesia pasti jawabnya di Buton. Jadi harus ada investor agar kekurangan 900.000 juta ton dapat ditutupi,” katanya, dalam keterangan resminya, Senin (6/7/2015).
Saat ini penggunaan aspal buton untuk perbaikan jalan hanya sekitar 7%. Penggunaan paling banyak di Pulau Buton dan Kendari. Sementara di Pulau Jawa penggunaan masifnya ada di Jawa Timur yakni di Sidoarjo, Lamongan, Tuban sekitar 40 kilometer pada 2011.
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PU PR, Rusli mengatakan penggunaan aspal minyak harus segera diganti dengan aspal buton karena produksi PT Pertamina saat ini sudah tidak mencukupi kebutuhan secara nasional.
Oleh karena itu, pemerintah tiap tahun harus mengimpor aspal minyak.
“Minyak ada keterbatasan produksi. Oleh Pertamina hanya sekitar 560.000 ton per tahun. Kebutuhan nasional keseluruhan sekitar 1,3 juta ton. Jadi sisanya kita impor 900.000 per tahun,” katanya.
Untuk mengurangi ketergantungan impor tersebut, para produsen dan pengguna perbaikan jalan perlu beralih dari aspal minyak ke aspal buton yang juga merupakan produk dalam negeri. Bahkan, dengan menggunakan aspal buton beban finansial dapat ditekan hingga 20% jika dibandingkan menggunakan aspal minyak.
“Secara finansial lebih murah. Perbandingannya per ton minimal 20%,” ujarnya.
Tidak populernya aspal buton dalam perbaikan jalan, ditambahkan Rusli, karena ada beberapa kendala yang sering membuat para kontraktor menghindari pemakaian aspal tersebut.
Salah satunya perlu adanya AMP khusus untuk memisah aspal buton dengan butiran agregat sebelum masuk ke bucket timbangan. “Sehingga selain AMP perlu ada tambahan alat conveyor yang harganya sekitar Rp 130 juta,” tuturnya.
Direktur Teknik PT Butonas M. Mahmud mengatakan teknologi yang ada akan terus dikembangkan. Aspal buton akan menganut 3M, yakni mutu setara dengan aspal minyak, mudah didapat, dan murah karena merupakan produk lokal.
Cadangan aspal buton sendiri juga sangat melimpah, yakni sekitar 660 juta ton dan sanggup menyuplai kebutuhan nasional selama 200-250 tahun.