Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BANK DUNIA: GNI per Kapita Indonesia Terkontraksi

Pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita di Asia Timur dan Pasifik pada 2014 menunjukkan tren peningkatan walau sejumlah negara, termasuk Indonesia, justru melambat.
Bank Dunia
Bank Dunia

Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita di Asia Timur dan Pasifik pada 2014 menunjukkan tren peningkatan walau sejumlah negara, termasuk Indonesia, justru melambat.

Bahkan, jika dibandingkan dengan negara anggota Asean lainnya, pertumbuhan GNI per kapita Indonesia tercatat sebagai satu-satunya negara yang menorehkan kontraksi GNI berdasarkan data yang dihimpun oleh Bank Dunia.

Dalam rilis data termutakhir Bank Dunia, Rabu (1/7/2015) malam GNI per kapita Indonesia tergerus 2,93% dari US$3.760 pada 2013 menjadi US$3.650 sepanjang tahun lalu.

Padahal, pada 2012-2013 GNI Indonesia masih bertumbuh 4,44% dari US$3.600 menjadi US$3.760.

Dengan kisaran GNI itu, Indonesia masih termasuk dalam kategori negaralower-middle-income bersama 50 negara lainnya yang datanya direkam Bank Dunia.

Performa GNI tersebut melawan tren pertumbuhan GNI di kawasan yang bernada positif.

Namun demikian, ekonom dari Universitas Indonesia I Kadek Dian Sutrisna menilai indikator itu tak bisa serta merta mencerminkan kinerja perekonomian sebuah negara.

Ada faktor lain yang mempengaruhi GNI selain pertumbuhan, yaitu nilai tukar karena itu diukur dalam dolar Amerika Serikat.

"Nilai tukar kita menurun," katanya padaBisnis.

"Sepanjang 2014, nilai rupiah memang terdepresiasi sekitar 8%."

Namun jika dilihat dari segi pertumbuhan, dengan pertumbuhan 5,02%, laju produk domestik bruto (PDB) Indonesia termasuk bagus bila dikomparasikan dengan perekonomian lain di kawasan Asean, bahkan Asia Pasifik.

Walau begitu, hal ini juga berarti pendapatan Indonesia kurang bersaing dengan pendapatan negara lain.

Pasalnya, kurs dolar AS masih menjadi mata uang yang mendominasi transaksi internasional.

Sementara itu, berdasarkan data Bank Dunia, sepanjang tahun lalu Laos mencatatkan pertumbuhan GNI terbesar, yakni 10,34% dari US$1.450 menjadi US$1.600.

Singapura masih menduduki posisi GNI per kapita tertinggi dengan nilai mencapai US$55.150 atau tumbuh tipis dari tahun sebelumnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper