Bisnis.com, JAKARTA - Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan padi amfibi yang toleran terhadap kekeringan dan genangan.
"Tadinya yang dicari memang padi untuk lahan kering yang toleran pada cekaman-cekaman berbeda, produktivitas berbeda, atau rasa yang berbeda. Tapi saya berpikir waktu itu kenapa tidak melakukan seleksi di lahan kering dan di sawah juga," kata Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Enung.
Dari galur-galur yang diseleksi, ia mengatakan ternyata ada yang baik-baik saja ketika ditanam di lahan berair maupun di lahan kering.
"Jadi ini termasuk dengan kandidat galur 'amfibi', artinya dikasih air banyak tidak masalah, dikasih sedikit air juga tidak masalah," ujarnya.
Dia menjelaskan dari sifat amfibi tersebut, masih harus dikembangkan lagi sifat-sifat lain seperti produktivitas tinggi, rasa yang enak, dan toleran untuk lahan masam.
Ini karena berdasarkan data Lahan Sub Optimal (LSO) Kementerian Pertanian (2013), luas LSO kering masam mencapai 62,6 juta hektare (ha) dan sisanya masing-masing kurang dari 10 juta ha merupakan LSO pasang surut, kering iklim kering, rawa, dan gambut.
Menurutnya, untuk bisa memperoleh padi amfibi yang toleran pada kondisi cekaman kering dan masam, dilakukan seleksi dari ribuan menjadi hanya puluhan galur saja tahan pada kondisi masam.
"Kita analisis kenapa dia tahan. Ternyata ada sifat atau gen tertentu yang dibawa untuk pertahanan dirinya".
Saat ditanya kapan padi amfibi ini dapat dilepas sebagai varietas baru, ia mengatakan masih butuh waktu. "Saya pinginnya sebelum 2019 bisa dilepas".
Namun, ia mengatakan untuk bisa sampai dilepas sebagai varietas baru banyak prosedur yang masih harus dilalui.