Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian menyatakan untuk memperbaiki serta meningkatkan daya saing industri kelapa sawit dalam negeri dibutuhkan perbaikan infrastruktur serta tata kelola pelabuhan yang profesional.
Panggah Susanto, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, mengatakan persoalan klasik buruknya infrastruktur di perkebunan kelapa sawit serta banyaknya demurrage atau pengenaan biaya tambahan di sejumlah pelabuhan ditengarai membebani pengusaha.
"Pengelola pelabuhan perlu memperlancar arus ekspor produk kelapa sawit. Selain itu, sebagai contoh di pelabuhan Medan dan Dumai yang dikelola oleh PT Pelindo I dikabarkan biaya demmurage-nya terlalu tinggi," ujarnya di Jakarta, Senin (22/6/2015).
Menurutnya, pelaku industri mengatakan selain pemberian sejumlah insentif seperti tax holiday dan tax allowance untuk pendirian industri kelapa sawit atas kriteria tertentu, upaya nyata untuk meningkatkan daya saing industri kelapa sawit terletak pada mekanisme pelayanan di pelabuhan.
Selain itu, setelah pemerintah menelurkan Badan Layanan Umum CPO Fund guna menguatkan industri kelapa sawit dalam negeri dan mengendalikan harga crude palm oil (CPO) global yang tengah anjlok, dibutuhkan peta jalan pengembangan yang dinamis mengikuti kondisi pasar.
Menurutnya, CPO Fund yang salah satu tujuannya meningkatkan hilirisasi produk kelapa sawit, dengan lebih spesifik menjadi biodiesel, tidak cukup kuat meningkatkan daya saing industri dalam negeri.
Faktor Utama
Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), mengatakan faktor utama guna meningkatkan daya saing industri kelapa sawit adalah perbaikan infrastruktur, pelayanan pelabuhan serta klaster industri.
Itu poin penting memperbaiki daya saing. Adapun dana dari CPO Fund akan dimaksimalkan untuk pengembangan hilirisasi produk sawit, lebih spesifik biodiesel. Untuk jangka pendek, badan ini berupaya mengangkat harga sawit yang anjlok akibat kelebihan pasokan di dunia, katanya.
Menurutnya, penerapan bea keluar produk olahan kelapa sawit yang bertujuan mengerek harga CPO global diharapkan berjalan sementara. Karena, penerapan yang berlangsung dalam jangka waktu panjang dapat membebani perusahaan.
"Di satu sisi kami berkorban untuk mengamankan harga CPO dunia, mudah-mudahan ini bersifat temporer. Oleh karena itu dibutuhkan insentif lain untuk penguatan daya saing yang lebih permanen," katanya.