Bisnis.com, JAKARTA – Para petani garam di wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, terpaksa menjual garam yang mereka produksi dengan harga rendah, Rp300 perkg.
Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim mengatakan harga garam jatuh akibat minimnya serapan garam rakyat oleh pabrik-pabrik pengolahan garam.
“Mereka tidak bisa memasarkan sehingga terpaksa menjual dengan harga sangat rendah, tidak sesuai dengan kerja keras selama berbulan-bulan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (19/6/2015).
Harga garam rakyat di Lombok Timur tersebut jauh di bawah harga acuan pemerintah atau yang sering disebut dengan Harga Pokok Pembelian (HPP) garam yang ditetapkan Rp750 perkg untuk garam kualitas satu dan Rp550 perkg untuk garam kualitas dua.
Halim berharap pemerintah melalui PT Garam dapat menyerap garam petani agar harga garam rakyat tidak semakin jatuh.
Sebagai informasi, realisasi produksi garam nasional pada 2014 mencapai 2,5 juta ton yang terdiri atas garam rakyat sebanyak 2,2 juta ton dan PT Garam sebanyak 350.000 ton.
Pemerintah telah menetapkan roadmap swasembada garam nasional pada 2017, yang kemudian dipercepat menjadi akhir tahun ini.
Produksi garam nasional ditargetkan mampu menyentuh 4,6 juta ton yang terdiri atas garam rakyat sebanyak 3,2 juta ton dan PT Garam 1,4 juta ton.