Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan pertumbuhan ekonomi global cenderung bias ke bawah dari perkiraan semula disertai dengan masih tingginya risiko di pasar keuangan global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan potensi bias ke bawah tersebut terutama didorong oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi AS yang tidak sekuat proyeksi sebelumnya, seiring dengan revisi ke bawah realisasi PDB AS pada kuartal I/2015.
Tekanan terhadap perekonomian AS dipengaruhi oleh penguatan dolar AS yang berdampak pada menurunnya kinerja sektor eksternal serta melemahnya investasi, khususnya di bidang energi.
"Hal ini mendorong terus berlanjutnya ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS baik dari sisi waktu maupun besarannya," ujarnya saat konfersi pers di Gedung BI, Kamis (18/6/2015).
Dia menambahkan perlambatan ekonomi juga dialami Tiongkok, meskipun telah dilakukan berbagai kebijakan pelonggaran untuk menahan perlambatan ekonominya.
Perekonomian Eropa juga diperkirakan membaik ditopang pelonggaran kondisi moneter dan keuangan yang cukup efektif, meskipun dibayangi risiko terkait dengan tingginya kekhawatiran kondisi negosiasi fiskal Yunani (Grexit).
"Perekonomian dunia yang melambat berdampak pada harga komoditas internasional yang masih terus menurun, meskipun harga minyak dunia mulai meningkat secara gradual," katanya.
Sejalan dengan risiko Grexit dan ketidakpastian kenaikan suku bunga FFR di Amerika, tambah Tirta, risiko di pasar keuangan global masih cukup tinggi yang berpotensi mendorong tekanan pembalikan modal portfolio dari emerging markets, termasuk dari Indonesia.