Bisnis.com, JAKARTA— OECD memperkirakan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,9% pada 2015, di saat tekanan inflasi menghadang potensi stimulus moneter.
Organisasi ekonomi negara maju yang berbasis di Prancis tersebut memaparkan proyeksi tentang di Indonesia laporan ‘OECD Economy Outlook 2015 yang diterbitkan kemarin.
Produk domestik bruto Indonesia diprediksi hanya tumbuh 4,9% pada 2015 sebelum kembali melaju menuju pertumbuhan 5,5% pada 2016.
Pasar komoditas menjadi alasan utama pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harga komoditas yang rendah membuat kinerja ekspor memburuk sekaligus menghambat aliran investasi ke Indonesia.
OECD juga memperkirakan Bank Indonesia tahun ini tidak akan menurunkan BI Rate karena tekanan depresiasi rupiah terhadap laju inflasi.
Anjloknya nilai tukar rupiah beserta administred prices yang tinggi diperkirakan terus memacu laju tinggi sampai 2015, apalagi tingkat inflasi inti telah melonjak melewati target inflasi 4% (+/-) 1% pada awal 2015.
Pemerintah Indonesia, lanjut laporan OECD, sudah memiliki peta jalan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, implementasi blue print tersebut sangat lambat. Pemerintah Presiden Jokowi disarankan memprioritaskan penyelesaian hambatan politik dan administrasi agar bisa merealisasikan rencana ekonominya.
Ekonomi Indonesia diperkirakan baru kembali melaju pada 2016 jika pemerintah Indonesia bisa mengeksekusi rencana pembangunannya.
Pada 2016, Bank Indonesia juga dinilai memiliki lebih banyak ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter seiring potensi disinflasi akibat pelambatan pertumbuhan ekonomi 2015.
Sementara itu Bank Indonesia, dalam rapat badan anggaran pekan lalu, memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 mencapai 5,1%.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
| 2015 (%) | 2016 (%) |
PDB | 4,9 | 5,5 |
-Konsumsi Rumah Tangga | 4,9 | 5,4 |
-Pengeluaran Pemerintah | 2,9 | 3,9 |
-PMTB | 5,0 | 6,0 |
-Ekspor | 4,6 | 6,0 |
-Impor | 2,5 | 5,9 |
Inflasi | 6,2 | 5,0 |
CAD/PDB | 2,1 | 2,2 |
sumber: OECD Economic Outlook 2015