Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Beli Merosot, Penurunan Harga Bahan Baku Plastik Dinilai Sia-sia

Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia menyatakan lemahnya pertumbuhan konsumsi plastik sejak kuartal I/2015 hingga saat ini mengakibatkan produsen tidak dapat memanfaatkan penurunan harga bahan baku impor.
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan bijih plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11)./Antara
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan bijih plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia menyatakan lemahnya pertumbuhan konsumsi plastik sejak kuartal I/2015 hingga saat ini mengakibatkan produsen tidak dapat memanfaatkan penurunan harga bahan baku impor.

Budi Susanto Sadiman, Wakil Ketua Umum Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAplas), mengatakan seiring dengan turunnya harga komiditas minyak dunia, harga bahan baku nafta dan propilena saat ini turun menjadi US$800 per ton dari tahun lalu senilai US$1.200 per ton.

"Akibat lesunya permintaan, pengusaha tidak dapat memanfaatkan penurunan harga bahan baku nafta dan propilena ini. Selain itu pertumbuhan konsumsi plastik pada kuartal I/2015 juga hanya mencapai 4%, padahal sepanjang tahun lalu pertumbuhan mencapai 7%," katanya kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Faktor utama turunnya konsumsi plastik dalam negeri, ujarnya, akibat lambatnya realisasi belanja pemerintah serta lemahnya daya beli masyarakat. seiring dengan kenaikan tarif listrik, harga bahan bakar minyak dan lainnya.

Kendati demikian, pihaknya meyakini perlambatan pertumbuhan ini akan terdongkrak seiring dengan dimulainya realisasi proyek pemerintah pada kuartal II/2015. Selain itu, perubahan alokasi subsidi BBM senilai Rp600 triliun untuk infrastruktur akan menimbulkan efek ganda yang besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper