Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia menyatakan lemahnya pertumbuhan konsumsi plastik sejak kuartal I/2015 hingga saat ini mengakibatkan produsen tidak dapat memanfaatkan penurunan harga bahan baku impor.
Budi Susanto Sadiman, Wakil Ketua Umum Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAplas), mengatakan seiring dengan turunnya harga komiditas minyak dunia, harga bahan baku nafta dan propilena saat ini turun menjadi US$800 per ton dari tahun lalu senilai US$1.200 per ton.
"Akibat lesunya permintaan, pengusaha tidak dapat memanfaatkan penurunan harga bahan baku nafta dan propilena ini. Selain itu pertumbuhan konsumsi plastik pada kuartal I/2015 juga hanya mencapai 4%, padahal sepanjang tahun lalu pertumbuhan mencapai 7%," katanya kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Faktor utama turunnya konsumsi plastik dalam negeri, ujarnya, akibat lambatnya realisasi belanja pemerintah serta lemahnya daya beli masyarakat. seiring dengan kenaikan tarif listrik, harga bahan bakar minyak dan lainnya.
Kendati demikian, pihaknya meyakini perlambatan pertumbuhan ini akan terdongkrak seiring dengan dimulainya realisasi proyek pemerintah pada kuartal II/2015. Selain itu, perubahan alokasi subsidi BBM senilai Rp600 triliun untuk infrastruktur akan menimbulkan efek ganda yang besar.