Bisnis.com, SURABAYA—Bersamaan dengan provinsi lain yang juga membendung peredaran beras sintetis, Jawa Timur yakin komoditas yang meresahkan masyarakat Indonesia beberapa pekan terakhir itu tidak akan memenetrasi daerah yang surplus beras.
Pemerintah Provinsi Jatim telah membuat satgas antiberas sintetis beberapa hari lalu, yang terdiri dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Perum Bulog (Persero), B-POM, dan Polda.
“SK tim satgas itu memang belum kami terima, tapi tim yang di dalamnya terdapat Bulog itu sudah berjalan [melakukan inspeksi mendadak] ke pasar-pasar [di Jatim],” jelas Kepala Bulog Divisi Regional Jatim Witono ketika dihubungi, Senin (25/5/2015).
Lebih lanjut, dia menjelaskan beras yang dimiliki Bulog saat ini dijamin berasal dari pengadaan dalam negeri yang bersumber dari petani di Jatim. “Kami beli dalam bentuk gabah dan beras, dan penerimaannya dilakukan secara ketat oleh petugas surveyor independen PT Pan Asia dan Ujastama.”
Ke depannya, dalam rangka pencegahan peredaran beras sintetis ke dalam gudang Bulog Jatim, penerimaan beras dari penggilingan milik petani bakal lebih diperketat. Meski demikian, Bulog tetap yakin beras dari mitra petani dijamin bebas dari bahan berbahaya.
Secara terpisah, Kepala Badan Ketahanan Pangan Jatim Tutut Herawati kembali memastikan beras berbahaya tersebut belum ditemukan di pasar provinsi tersebut. Disperindag Jatim secara berkala terus melakukan pemantauan di semua pasar.
“Kami yakin, karena produksi beras di Jatim sangat melimpah bahkan mengalami surplus, dan bahkan Jatim adalah provinsi penyangga kebutuhan pangan nasional. Kalau stok beras banyak, saya yakin beras palsu tidak bisa masuk ke sini,” tegasnya.
Dia berpendapat peredaran beras sintetis seperti yang ditemukan di Bekasi itu harus dilokalisir, sehingga tidak menyebar ke luar titik temuan. Dia juga membagikan beberapa tips menghindari beras sintetis.
Pertama, secara kasat mata beras sintetis cenderung putih mengkilat dan bentuknya gepeng. Sementara itu, beras asli berwarna kekuningan dengan bagian tengah bulir berbintik serat berwarna putih susu.
Kedua, saat dites menggunakan air, beras sintetis akan terapung. Ketiga, beras sintetis tidak berbau. Keempat, jika dibakar dengan api, beras sintetis akan meleleh. Kelima, beras sintetis akan menggumpal dan lengket serta berwarna mengkilat saat dimasak.
Sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan peredaran beras sintetis adalah bentuk penipuan untuk meraup keuntungan, karena harga beras di pasar konsumen masih relatif tinggi.
“Saat harga beras turun, beras palsu pasti akan menghilang,” tuturnya. Dia berjanji akan melakukan pengawasan ketat di Jatim, dan menahan peredaran beras impor di provinsinya.