Bisnis.com, JAKARTA -- Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa mengatakan, pihaknya menerima sampel beras plastik atau sintetis pada 19 Mei malam , dan telah dilakukan proses sesuai dengan prosedur baku. Dia menyebut, proses uji laboratorium tersebut dilakukan dengan sangat hati-hati.
“Dalam kasus ini kami tentu melakukan sangat hati-hati, karena uji laboratorium itu tak hanya mengetahui ada tidaknya plastik, tetapi lebih pada risiko apa kandungannya ketika dikonsumsi. Insya Allah hari ini selesai,” kata Roy.
Roy menyebut, dalam laporannya ke World Health Organization (WHO) terungkap bahwa kasus beras beras plastik ternyata baru terjadi di Indonesia, dan belum ada kasus serupa di negara lainnya.
Kasus beras plastik ini, menurutnya, merupakan kasus yang sangat penting, mengingat beberapa kasus sebelumnya seperti produk ilegal makanan, kosmetik, obat tradisional yang semuanya mengandung bahan kimia obat yang menimbulkan masalah serupa.