Bisnis.com, DENPASAR-- Pemprov Bali memberikan rekomendasi kepada PT Waskita Karya (persero) Tbk. (WSKT) guna melakukan kajian studi kelayakan menyeluruh terhadap rencana pembangunan empat ruas tol.
Wagub Bali I Ketut Sudikerta memastikan surat rekomendasi sudah diberikan agar studi kelayakan (feasibility study) lebih cepat selesai.
"Sekarang ini proses sudah berjalan dengan baik, surat rekomendasi sudah dikirimkan ke Kementerian PU dan Pera," ujarnya, Kamis (7/5/2015).
Sudikerta mengharapkan FS rampung pada tahun ini agar realisasi pembangunan tol yang sudah direncanakan sejak 5 tahun lalu dapat segera terwujud. Pemprov Bali menegaskan siap membantu meminta surat pemrakarsa bagi Waskita Karya ke kementerian apabila kajian sudah selesai.
Lebih lanjut dijelaskan kendati pihaknya terkendala keterbatasan dana, tetapi pihaknya sudah sharing modal kisaran Rp100 miliar-Rp200 miliar agar membantu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Sebelumnya Waskita Karya menawarkan rencana pembangunan empat ruas tol yang menghubungkan Bali Selatan dengan Bali Utara kepada Pemprov Bali sepanjang156,7 km senilai Rp34,38 triliun. Adapun rinciannya, ruas Kuta-Canggu-Tanah Lot 28 km, Soka-Pekutatan 25,1 km, Pekutatan-Gilimanuk 54,4 km, dan Pekutatan-Lovina 46,7 km.
Desi Arryani, Direktur Operasi I Waskita Karya, mengatakan rencana tersebut untuk mewujudkan program Presiden Jokowi membangun tol sepanjang 1.562 km di seluruh Indonesia hingga 2019. Salah satu pertimbangan BUMN konstruksi tersebut tertarik dengan Bali karena pertimbangan hasil survei.
Guna memuluskan rencana, Waskita Karya telah melakukan survei pra studi kelayakan yang difokuskan pada analisa perkembangan wilayah, proyeksi lalu lintas, pemilihan trase dengan tinjauan aspek lingkungan, biaya dan teknis, perkiraan biaya konstruksi, analisa ekonomi dan analisa financial.
Hasil pra studi menyebutkan, untuk ruas Kuta-Canggu-Tanah Lot, ada tiga alternatif, pertama membangun sesuai dalam rencana tata ruang dan wilayah (RTRW), kedua dengan melewati pantai, dan ketiga memanfaatkan alur sungai.
Dari ketiga alternatif tersebut, jalur dengan memanfaatkan aliran sungai mendapatkan bobot tertinggi dan paling memungkinkan digarap jika didasarkan pada analisa ekonomi. Khusus alternatif mengikuti RTRW diperkirakan susah direalisasikan akibat mahalnya biaya pembebasan lahan karena melewati daerah wisata Canggu. Sementara, alternatif melewati pantai akan terganjal masalah besarnya kebutuhan dana.