Bisnis.com, DENPASAR - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengatakan gabah hasil panen sawah di Pulau Dewata banyak yang dibawa ke luar daerah sehingga mengakibatkan defisit beras.
Menurutnya, produksi beras setiap musim panen di wilayah ini mencapai 125.000 ton beras, sedangkan kebutuhannya 110.000 ton, sehingga seharusnya masih ada surplus beras. Apalagi, masa panen padi di pulau berpenduduk sekitar 4 juta jiwa ini sebanyak tiga kali setahun.
"Karena gabahnya dibawa keluar, makanya waktu musim panen selesai harga beras tinggi. Akhirnya inflasi naik," jelasnya, Senin (4/5/2015).
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Bali mencatat setiap hari sekitar dua truk mengangkut gabah produksi Bali ke Jawa melalui Kabupaten Jembrana. Agar gabah tidak dibawa keluar daerah, Pemprov Bali meminta Perpadi untuk membeli gabah dari petani dan disimpan di dalam resi gudang.
Apabila musim panen telah usai dan stok beras di pasar menipis, gabah tersebut akan dikeluarkan ke masyarakat.
Selain itu, pihaknya juga membantu memberikan mesin pemanen sebanyak 10 unit. Bantuan mesin diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan tenaga pemanen yang sering dihadapi oleh Perpadi Bali.