Bisnis.com, JAKARTA--PT Alstom Power Energy Systems Indonesia menyatakan akan menambah investasi senilai US$10 US$20 juta untuk meningkatkan volume produksi boiler di pabrik Surabaya.
Maurice Dres, Country President Alstom Indonesia, mengatakan penambahan volume produksi boiler di Surabaya untuk mengakomodir potensi peningkatan permintaan pasar dalam negeri seiring dengan dilaksanakannya program pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt di Indonesia.
Nilai investasi pabrik di Surabaya telah lebih dari US$100 juta dan memproduksi boiler pembangkit listrik lebih dari 10 tahun.
Namun, hasil produksi tidak pernah diserap pasar lokal, oleh karena itu besaran investasi tambahan tergantung permintaan pasar ujarnya di Jakarta, Senin (20/4).
Dia mengatakan, selama ini hasil produksi diekspor ke Eropa dan sejumlah negara Asia terutama China.
Dengan adanya program tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), ke depan perusahaan akan memprioritaskan penjualan untuk pembangunan pembangkit listrik dalam negeri.
Leslaw Kuzaj, President Alstom Polandia, mengatakan perusahaan telah berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama jangka panjang dan berkontribusi lebih atas program pembangunan energi yang dilakukan oleh Indonesia.
Kendati demikian, dalam aktivitas produksi perusahaan hingga kini kesulitan mendapatkan material mentah dari pasar lokal.
Menurutnya, imbauan pemerintah terkait penggunaan komponen lokal untuk industri dalam negeri selama ini berbanding terbalik dengan kenyataan.
Dalam beberapa tahun terakhir investor diminta menggunakan komponen lokal konten ketimbang impor, namun hal itu tidak riil.
Pabrik di Surabaya misalnya, tidak bisa mendapatkan material lokal, karena tidak ada industri dalam negeri yang memproduksinya, tuturnya.
Padahal, di waktu yang bersamaan, perusahaan membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar seiring dengan banyaknya permintaan boiler dari pasar global.
Dia mengatakan, pemerintah harus meningkatkan struktur industri bahan baku lokal jika ingin melaksanakan industrialisasi.
Kami berbicara kepada pemerintah Indonesia harus mengubah struktur industri bahan baku, karena Indonesia ingin peningkatan industrialisasi dan program ini adalah peluang besar membangun industri yang berkelanjutan," tuturnya.