Bisnis.com, JAKARTA -- Kalangan pengusaha menyambut baik komitmen pemerintah untuk melakukan kerja sama bilateral dalam bentuk Free Trade Area (FTA) dengan sejumlah negara. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani menilai rencana tersebut akan efektif mendongkrak nilai ekspor.
“Berdasarkan data empiris, adanya perjanjian FTA dengan negara tertentu berkorelasi antara investasi yang masuk ke Indonesia dengan jumlah ekspor ke negara tersebut,” katanya kepada Bisnis, Senin (20/4/2015)
Korelasi itu timbul karena kerja sama perdagangan bebas akan memangkas bahkan mengurangi biaya ekspor impor yang biasanya menjadi beban tersendiri bagi pengusaha. Dengan demikian, produk dari dalam negeri akan semakin mudah menembus pasar ekspor.
“Kalau ada FTA biaya akan lebih murah karena enggak kena biaya masuk yang tinggi lagi,” ujarnya.
Beberapa produk yang dinilainya akan berpeluang mengalami peningkatan ekspor antara lain makanan minuman dan olahannya, tekstil dan produknya, serta komoditas yang terkait dengan otomotif seperti karet dan baja.
Namun, agar kerja sama FTA tidak menjadi bumerang bagi Indonesia, pemerintah perlu memperhatikan daya saing industri dalam negeri. Menurut Hariyadi, saat ini tata kelola kebijakan perekonomian RI masih belum profesional sehingga banyak hal yang tidak efisien sehingga nilai tambahnya jadi tidak kompetitif dibanding negara asing.
Pemerintah, kata dia, perlu memacu peningkatan daya saing industri dalam negeri dengan beberapa cara seperti mengurangi biaya energi, logistik, produktivitas tenaga kerja, suku bunga perbankan dan penghiliran.
“Pendalaman industri atau penghiliran perlu diperhatikan jangan sampai bahan baku untuk manufakturnya semua impor,” ujarnya.