Bisnis.com, TOKYO – Setelah beberapa hari lalu menunjukkan sikap skeptis dengan mempertanyakan kredibilitas bank pembiayaan infrastruktur (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB), pemerintah Jepang kini justru berbalik mempertimbangkan keanggotaan pada bank yang disung China tersebut.
Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso menyampaikan pemerintah Negeri Matahari Terbit akan mempertimbangkan bergabung sebagai salah satu pendiri AIIB jika bank tersebut menjaminkan mekanisme profesional dalam penyediaan pinjaman.
“Selama ini kami mempertanyakan kepastian keberlanjutan pinjaman dan akuntabilitas bank dalam berperan memajukan lingkungan dan masyarakat,” kata Aso sesaat selepas menghadiri rapat kabinet di Tokyo, Jumat (20/3/2015).
Seperti diketahui, beberapa hari lalu Sekretaris Kabinet Jepang Yoshide Suga menyampaikan pemerintah negara itu masih belum mempertimbangkan untuk bergabung sebagai pendiri AIIB karena meragukan kemampuan China dalam mengatur komposisi pimpinan dan tata kelola.
“Apakah bank ini dapat memastikan kepemimpinan berjalan adil? Apakah AIIB dapat menjamin keberlanjutan pinjaman tanpa merugikan para kreditur? Kami mempertimbangkan ini dengan hati-hati,” papar Suga di Tokyo, Rabu lalu.
Komentar tersebut diucapkannya selang sehari setelah sejumlah negara Eropa, yaitu Inggris, Jerman, Italia, dan Perancis, menyatakan siap bergabung sebagai pendiri AIIB. Jepang dan negara-negara Eropa merupakan sekutu AS dalam berbagai bidang diplomasi.
Komentar Menkeu Aso yang menyatakan akan mempertimbangkan ketergabungan pada AIIB tersebut dinilai cukup mengejutkan.
Pasalnya, meski hubungan bisnis dan ekonomi China-Jepang berlangsung baik, hubungan diplomatik keduanya tidak begitu baik karena isu-isu pelebaran pengaruh dan sengketa perbatasan
Di sisi lain, AIIB pun disebut-sebut akan menjadi pesaing Asian Development Bank (ADB), bank yang berbasis di Filipina yang jajaran petingginya didominasi oleh Jepang dan Amerika Serikat.