Kabar24.com, TOKYO – Pemerintah Jepang dan Amerika Serikat menyatakan keraguannya mengenai kredibilitas dan proporsi manajemen bank pembiayaan infrastruktur (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB) usungan China.
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshide Suga menyampaikan pemerintah negara itu masih belum mempertimbangkan untuk bergabung sebagai pendiri AIIB karena meragukan kemampuan China dalam mengatur komposisi pimpinan dan tata kelola.
“Apakah bank ini dapat memastikan kepemimpinan berjalan adil? Apakah AIIB dapat menjamin keberlanjutan pinjaman tanpa merugikan para kreditur? Kami mempertimbangkan ini dengan hati-hati,” papar Suga di Tokyo, Rabu (18/3/2015).
Komentar tersebut dilontarkan Suga selang sehari setelah sejumlah negara Eropa menyatakan siap bergabung sebagai pendiri AIIB, yaitu Inggris, Jerman, Italia, dan Perancis. Jepang dan negara-negara Eropa merupakan sekutu AS dalam berbagai bidang diplomasi.
Di sisi lain, bukan merupakan rahasia bahwa hubungan China dan AS bak perang dingin.
Bergabungnya Inggris, Jerman, Italia, dan Perancis mencuatkan keempat negara Uni Eropa tersebut tidak mempertimbangkan loyalitas hubungan mereka dengan Negeri Paman Sam.
China menyebut akan mendirikan AIIB dengan modal awal sebesar US$50 miliar. Dengan besarnya cakupan anggota pendiri, AIIB disebut-sebut akan menjadi pesaing ADB, IMF, bahkan Bank Dunia, yang saat ini manajemennya didominasi negara-negara Barat dan Jepang.
Di hari yang sama, pemerintah AS mendesak negara-negara yang menyatakan bergabung sebagai pendiri AIIB untuk sekali lagi mempertimbangkan keputusan tersebut, mengingat masih ada waktu untuk membatalkan keterlibatan pada proses pendirian AIIB yang akan ditandatangani akhir bulan ini.
“Saya harap negara-negara itu dapat berpikir dua kali sebelum penandatanganan komitmen akhir dan mencatutkan nama di akta pendirian bank ini. Mereka harus memastikan bank mengimplementasikan manajemen pemerintahan yang tepat,” kata Menteri Keuangan AS, Jack Lew.