Bisnis.com, JAKARTA - Produksi, penjualan ritel, dan investasi di China tumbuh lebih lambat. Data tersebut memperkuat indikasi ekonomi terbesar dunia tersebut masih lesu.
“Data Januari—Februari menunjukkan momentum ekonomi yang melemah dan tekanan deflasi yang semakin berat. Kebijakan pelonggaran moneter pun telah dipercepat,” kata Wang Tao, ekonomi UBS Group seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/3/2015).
Produksi industri China hanya bertumbuh 6,8% pada Januari—Februari 2015, di bawah estimasi analis di kisaran 7,7%. Pertumbuhan hasil produksi jauh lebih rendah dari laju 6,8% pada Januari-Februari 2014.
Dorongan konsumsi hari raya Imlek pada periode yang sama hanya bisa mendorong penjualan ritel tumbuh 10,7%, di bawah perkiraan ekonom di level 11,6% dan turun dari 11,8% dari tahun lalu.
Adapun penanaman modal naik 13,9% atau merosot jauh dibandingkan pertumbuhan investasi 17,9% pada Januari—Februari 2014.
People Bank of China pada akhir Februari telah menurunkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin. Bunga deposito satu tahun diturunkan menjadi 2,5%, sedangkan bunga pinjaman satu tahun diturunkan menjadi 5,35%. []