Bisnis.com, BEIJING – Sehari setelah Peoples Bank of China (PBoC) memangkas suku bunga 25 basis poin ke level 5,35%, kalangan ekonom mulai memperdebatkan efektivitas kebijakan pelonggaran moneter tersebut.
Kepala ekonom Barclays Plc, Chang Jian menyampaikan langkah pemangkasan suku bunga oleh bank sentral China tersebut mengindikasikan negara itu berkukuh mengendalikan laju perlambatan pertumbuhan.
“Tahun 2015 masih akan menjadi tahun yang sulit bagi China, terutama karena terjadi penyesuaian secara struktural. Kebijakan moneter longgar lanjutan akan mampu mencegah perlambatan penurunan dan deflasi namun sulit untuk mengangkat pertumbuhan,” kata Jian di Hong Kong, Senin (2/3/2015).
Sementara itu, studi para ekonom Goldman Sachs Group (GSG) Inc mengungkapkan pemangkasan suku bunga di awal tahun merupakan langkah yang tidak biasa, karena dilakukan sebelum pemerintah melaksanakan pertemuan membahas rencana strategis perekonomian dengan anggota parlemen.
Oleh karena itu, ekonom GSG memprediksi pada pertemuan di tingkat parlemen tahun ini yang waktunya belum ditentukan, Perdana Menteri Li Keqiang akan memasang target pertumbuhan 7% tahun ini, turun dari tahun lalu yaitu 7,5%.
Tahun lalu, Li sempat didesak segala arah untuk menurunkan target pertumbuhan 7,5% ke kisaran 7% karean kalangan ekonom menilai patokan target yang lebih tinggi justru akan kian melukai negara perekonomian terbesar kedua dunia tersebut.
Untuk mencapai target tersebut, sejak pertengahan tahun lalu Pemerintahan Li mulai gencar mengucurkan stimulus mulai dari menyuntikkan likuiditas ke bank-bank, melonggarkan restriksi sektor properti, hingga memangkas tingkat suku bunga acuan.