Bisnis.com, JAKARTA - Raksasa migas asal Inggris, British Petroleum (BP) dan mitra strategisnya mengumumkan keputusan investasi akhir (final investment decision/FID) senilai US$7 miliar atau sekitar Rp111,3 triliun atas proyek Tangguh Ubadari, Carbon Capture Utilization & Storage/CCUS, dan Compression atau Tangguh UCC di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Baca Juga
Keputusan investasi tersebut disampaikan Chief Executive Office (CEO) BP Murray Auchincloss, mewakili para mitra kerja sama Tangguh, di hadapan Presiden Prabowo Subianto pada CEO Roundtable Forum di London, Inggris, Kamis (21/11/2024).
Menindaklanjuti hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa melalui proyek UCC Tangguh ini, pemerintah akan lebih fokus kepada peningkatan produksi migas. Menurutnya, hal ini sekaligus mendukung visi misi Prabowo dalam mencapai ketahanan dan kedaulatan energi.
"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Prabowo, untuk meningkatkan produksi dan lifting migas. Dengan adanya proyek BP Tangguh, pemerintah akan lebih fokus mengupayakan peningkatan produksi migas," kata Bahlil melalui keterangan resmi dikutip Selasa (26/11/2024).
Dia juga menyampaikan keputusan investasi tersebut dilakukan setelah melalui evaluasi pihak BP bersama pemerintah melalui SKK Migas. Bahlil menilai investasi ini menandakan bahwa iklim usaha migas di Indonesia masih menarik.
"Investasi sekitar US$7 miliar ini sangat besar dan turut mendukung produksi migas nasional, juga yang terpenting meningkatkan nilai tambah bagi daerah. Peningkatan pendapatan daerah, multiplier effect yang positif bagi daerah," jelasnya.
Untuk diketahui, cadangan gas dari proyek UCC ini sekitar 3 triliun kaki kubik (Tcf) dan direncanakan onstream pada 2028. Adapun, proyek UCC ini mencakup pengembangan lapangan gas Ubadari, peningkatan perolehan gas (EGR) melalui penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) di Lapangan Vorwata.
Selain itu, proyek tersebut juga mencakup pemasangan kompresor di darat serta memperluas dan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada di fasilitas Tangguh LNG di Papua Barat.
Kementerian ESDM mencatat proyek CCUS ini merupakan skala besar yang paling terdepan dan berpotensi menjadi CCS Hub pertama di Indonesia, dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 sekitar 1,8 gigaton dan pada fasa awal akan menginjeksikan sekitar 15 juta ton CO2 dari emisi fasilitas operasi Tangguh LNG.
Menurut Bahlil, Proyek Tangguh LNG turut mendukung kapabilitas tenaga kerja operasional nasional. Bahkan, 70% di antaranya merupakan tenaga kerja asal Papua dan ditargetkan meningkat menjadi 85% pada 2029.