Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengolahan Ikan di Jabar Sulit Bersaing Hadapi MEA

Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat pesimitis nelayan di kawasan ini mampu berdaya saing saat pasar bebas Asean (MEA) nanti, mengingat perilaku mereka yang masih belum banyak berinovasi terutama dalam mengolah ikan.
Hingga kini sektor pengolahan ikan oleh nelayan di Jabar masih sekadar hasil tangkapan dalam kondisi segar sehingga minim nilai tambah. Padahal, pengolahan tersebut menjadi bekal persaingan pada pasar bebas Asean diberlakukan./Ilustrasi pengolahan ikan-Bisnis
Hingga kini sektor pengolahan ikan oleh nelayan di Jabar masih sekadar hasil tangkapan dalam kondisi segar sehingga minim nilai tambah. Padahal, pengolahan tersebut menjadi bekal persaingan pada pasar bebas Asean diberlakukan./Ilustrasi pengolahan ikan-Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG - Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat pesimitis nelayan di kawasan ini mampu berdaya saing saat pasar bebas Asean (MEA) nanti, mengingat perilaku mereka yang masih belum banyak berinovasi terutama dalam mengolah ikan.

Kepala Diskanlut Jabar Jafar Ismail mengatakan sampai saat ini pengolahan ikan oleh nelayan Jabar masih sekadar hasil tangkapan dalam kondisi yang segar. Padahal, pengolahan tersebut menjadi bekal persaingan pada pasar bebas Asean diberlakukan.

"Mereka masih banyak yang belum dapat mengolahnya menjadi bentuk lain seperti baso ikan dan makanan dari ikan lainnya. Padahal itu sangat menunjang," ujar Jafar, Selaa (24/2/2015).

Kendati demikian, Diskanlut Jabar terus menerapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan mutu dan hasil pengolahan ikan. Salah satu yang dilakukan yakni pembinaan dengan syarat surat kelayakan pengolah (SKP), sehingga tidak semua pengolah dapat langsung mengekspor hasil tangkapannya.

Dengan pembinaan tersebut para nelayan diarahkan bagaimana mengolah hasil laut terutama ikan dengan baik, serta bagaimana memahami peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti larangan penangkapan rajungan di bawah 200 gram.

"Pembinaan juga bertujuan agar nelayan tidak hanya mengekspor ke luar, tapi bisa menjualnya ke dalam negeri," katanya.

Jafar melanjutkan pihaknya terus membina para nelayan agar memahami Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan mengenai larangan penangkapan lobster.

Dia menjelaskan aturan tersebut bertujuan agar pertumbuhan populasi lobster tidak berkurangt. Pasalnya lobster yang di bawah 200 gram itu masih kecil dan harusnya masih bisa bertelur dan semakin banyak.

"Para nelayan memang banyak yang kecewa karena memang latar belakang mereka beragam dari tenaga kerja kecil-kecilan hingga yang sebenarnya pengangguran," ungkap Jafar.

Menurutnya, hal tersebut memang sebaiknya dilakukan agar dapat meningkatkan ekspor lobster yang lebih banyak dan akan berdampak pada penghasilan nelayan.

Namun, saat ini para nelayan perlahan memahami hal tersebut bahkan mereka bersedia melakukan suatu perjanjian dengan pemerintah untuk tidak menangkap lobster atau hewan pantai lainnya yang belum layak ditangkap, dalam sebuah pakta integritas.

Sementara itu, Serikat Nelayan Indonesia (SNI) Jabar menilai industri pengolahan ikan belum menyerap produk ikan lokal dalam jumlah besar, akibat kalah bersaing dengan produk impor.

Presidium SNI Jabar Budi Laksana mengemukakan sebagian besar bahan baku industri pengolahan ikan saat ini dipenuhi dari produk impor, sebab didukung persyaratan dokumen lengkap dengan harga lebih murah.

"Untuk masuk ke industri pengolahan ikan butuh semacam sertifikasi. Sedangkan para nelayan belum ada layanan setifikasi, dan hanya mengandalkan dari pengepul," katanya.

Dari sisi kualitas, ujarnya,produk ikan lokal lebih baik dibandingkan dengan produk impor. Pasalnya ikan yang diproduksi ikan lokal lebih segar, sedangkan produk ikan impor harus melalui proses distribusi dalam waktu cukup panjang yang membuat kondisi tidak segar.

“Oleh karena itu pemerintah harus menggenjot pengolahan ikan ke nelayan dengan turun langsung ke lapangan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper