Bisnis.com, JAKARTA--Perkembangan industri agro nasional tidak hanya terhambat masalah-masalah teknis terkait perdagangan melainkan pula soal isu kesehatan.
"Semakin besar persaingan di dalam dan luar negeri, diperlukan upaya serius tingkatkan daya saing dengan perbaikan iklim investasi, menghilangkan hambatan tarif, dan mengatasi kapampanye negatif," ucap Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto, Rabu (11/2/2015).
Seperti halnya bisnis di berbagai bidang lain, agro juga dihadapkan kepada sejumlah tantangan skala global dan domestik. Isu strategis global tak jauh dari perlambahan ekonomi sejumlah negara, gejolak harga komoditas, dan hambatan tarif di negara tujuan ekspor.
Sementara di dalam negeri masih soal persaingan dengan produk-produk ilegal, belum terintegrasinya rantai pasok industri, hingga isu negatif berupa penambahan bahan berbahaya bagi kesehatan dalam produk makanan dan minuman.
Sebagai contoh di industri minuman, tak sedikit orang menilai bahan tambahan pangan di dalam produk minuman ringan, seperti pemanis buatan, pengawet, pewarna, dan karbonasi (CO2) untuk minuman bersoda berbahaya bagi kesehatan.
Bahan tambahan pangan (BTP) alias food additive dipastikan aman oleh pemerhati industri makanan dan minuman (mamin) di dalam negeri. Adapun penyakit yang kerap jadi momok, seperti kerusakan ginjal, diabetes hingga obesitas.
Pakar Teknologi Pangan dan Gizi Made Astawan menjelaskan BTP merupakan bahan yang ditambahkan dalam jumlah terbatas ke dalam panganan. Tujuannya agar sifat atau bentuk pangan tersebut berubah.
"Jangan takut dulu ketika dengar BTP, harus bedakan bahan kimia food grade dan nonfood grade. Semua BTP masuk kategori food grade," tuturnya.