Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jabar Kesulitan Penuhi Permintaan Ikan Air Tawar

Pemerintah Jawa Barat terus menggenjot produksi ikan air tawar atau budi daya guna mengejar swasembada pangan.
Pemerintah Jawa Barat terus menggenjot produksi ikan air tawar atau budi daya guna mengejar swasembada pangan./JIBI
Pemerintah Jawa Barat terus menggenjot produksi ikan air tawar atau budi daya guna mengejar swasembada pangan./JIBI

Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah Jawa Barat terus menggenjot produksi ikan air tawar atau budi daya guna mengejar swasembada pangan.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan produksi ikan air tawar bisa mencapai 800.000 ton per tahunnya, tetapi pihaknya akan terus meningkatkan produksinya, salah satunya melalui sosialiasasi agar masyarakat gemar makan ikan.

"Kebutuhan masyarakat sangat tinggi, konsumsi per kapitanya belum mencukupi. Walaupun demikian,  kita  terus mendorong masyarakat Jabar selalu gemar mengonsumsi ikan," katanya di Bandung, Minggu (8/2/2015).

Menurut Heryawan, ikan tawar dan laut baik di Jabar maupun Indonesia memilki potensi yang besar. Indonesia merupakan negara yang memiliki perikanan terbesar atau 25% dari perikanan dunia. "Indonesia masih menjadi negara dengan produksi ikan terbesar kelima."

Kendati demikian, pengelolaan yang belum optimal membuat daya saing produksi ikan di Indonesia cukup jauh dibandingkan dengan negara lain.

Dinas Perikanan dan Kelautan  (Diskanlut) Jabar menyiapkan strategi untuk meningkatkan daya saing petambak ikan budi daya di kawasan itu saat pasar bebas Asean tahun depan.

Kepala Diskanlut Jabar Jafar Ismail mengatakan saat ini pihaknya tengah menjalankan program cara budi daya ikan yang baik (CBIB) dan cara pembenihan ikan yang baik (CPIB) terhadap petambak di kawasan itu.

Dengan program tersebut, ujarnya, diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petambak ikan saat menghadapi pasar bebas Asean. “Program tersebut untuk mengetahui benih apa yang dipakai, cara membudidayakan ikan, hingga pemasaran yang dilakukan,” katanya.

Menurutnya, nantinya komoditas perikanan harus diketahui pasti kualitas pembenihan serta budidayanya agar punya daya saing. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus meningkatkan kualitas dan produktivitasnya mengingat petambak mau tidak mau harus berdaya saing saat pasar bebas Asean dimulai.

Selain itu, katanya, pihaknya saat ini sudah membuat klasterisasi budi daya perikanan di wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Cianjur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya, pengolah, dan pemasaran hasil perikanan.

Jafar menjelaskan perikanan yang saat ini lebih banyak dibudidayakan yakni lele, bandeng, dan nirwana.

Secara terpisah, produksi ikan budi daya di Waduk Cirata mengalami penurunan sebesar 25% akibat tingginya pertumbuhan gulma atau eceng gondok di waduk tersebut.

Serangan gulma itu telah menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat.

Ketua Masyarakat Peduli Cirata (MPC) Bandung Barat Asep Sulaiman mengatakan, dalam kondisi normal petani di Waduk Cirata bisa melakukan panen hingga tiga kali dalam setahun. Tapi, akibat tertutup gulma hanya dua kali dalam setahun.

"Jadi, salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya produktifitas budidaya ikan itu tidak hanya karena cuaca, tapi juga bisa disebabkan oleh gulma," katanya.

Dia menjelaskan, hasil produksi ikan di Waduk Cirata tergantung dari seberapa banyak pakan yang ditebar. Pada umumnya, untuk setiap kolam bisa menghabiskan pakan hingga 1,5 ton dan menghasilkan ikan sebanyak 9 kuintal.

Dalam mengatasi, menjamurnya gulma itu, pembudidaya hanya menggunakan cara-cara konvensional yakni diangkat untuk selanjutnya dibakar atau dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan.

Saat ini, jumlah total petak di Waduk Cirata mencapai 70.000 petak dengan 27.000 petak diantaranya termasuk wilayah Bandung Barat atau mencapai 25.000 kolam yang dikelola 1.444 pembudidaya.

Di musim hujan dengan intensitas tinggi seperti saat ini ancaman terjadinya Upwelling (sebuah fenomena di mana air yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar dari dasar laut bergerak ke permukaan akibat pergerakan angin di atasnya) yang menyebabkan ikan mati dalam jumlah banyak, disebutkannya pihak tengah melakukan upaya antisipasi.

Pasalnya, pada 2013 lalu petani di Waduk Cirata pernah menderita kerugian ratusan rupiah akibat 580 ton ikan budidaya mati. Untuk itu, MPC bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Bandung Barat akan melakukan penelitian guna mengantisipasi kematian ikan akibat penyakit maupun faktor lainnya.

"Karena saat ini, kondisi sudah berwarna coklat dan biasanya akan terjadi serangan virus yang menyebabkan ikan mati," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper