Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Strategi PTPN X Kurangi Ketergantungan pada Binsis Gula

Perusahaan perkebunan di Jawa Timur tengah fokus pada upaya diversifikasi usaha, untuk memaksimalkan margin laba. Trik tersebut juga dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X).
Di Brasil, India, atau Thailand, pabrik gula sudah banyak meraih pendapatan dari penjualan bioetanol, listrik, dan produk turunan lain. /Bisnis.com
Di Brasil, India, atau Thailand, pabrik gula sudah banyak meraih pendapatan dari penjualan bioetanol, listrik, dan produk turunan lain. /Bisnis.com

Bisnis.com, MALANG – Perusahaan perkebunan di Jawa Timur tengah fokus pada upaya diversifikasi usaha, untuk memaksimalkan margin laba. Trik tersebut juga dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X).

Dirut PTPN X Subiyono menjelaskan pada 2015, perusahaannya akan menggenjot diversifikasi usaha, selain melanjutkan revitalisasi pabrik gula dan mekanisasi budi daya tebu.

“Selain memproduksi gula, PTPN X selama ini telah menjual bioetanol yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair alias tetes tebu (molasses),” ujarnya di Malang, Rabu (28/1/2015).

Tahun ini, PTPN X akan menuntaskan program co-generation yang memproduksi listrik dari limbah padat atau ampas tebu di sejumlah pabrik gula miliknya.

Di antaranya di PG Ngadiredjo (Kediri) sebesar 10 MW. ”Saat ini sudah tahap finalisasi kerja sama dengan salah satu perusahaan untuk produksi dan penjualan listrik dari PG Ngadiredjo,” kata Subiyono.

Setelah PG Ngadiredjo, produksi listrik dari ampas tebu sedang disiapkan di PG Pesantren Baru (Kediri), PG Kremboong (Sidoarjo), dan PG Gempolkrep (Mojokerto). ”Kami sedang mematangkannya dan melobi pihak terkait untuk menyukseskan program ini,” ujar Subiyono.

Dia optimistis program diversifikasi bisa memberikan tambahan pendapatan untuk pabrik gula, sehingga ke depan sandaran pendapatan tak lagi bertumpu pada penjualan gula.

”Potensi pendapatannya bisa ratusan miliar. Perhitungannya, investasi di program diversifikasi produksi listrik itu membutuhkan waktu 4 tahun untuk break event point,” ujarnya.

Dia menambahkan situasi dua tahun terakhir ini seharusnya membuka mata semua pihak bahwa gula tak bisa lagi jadi sandaran utama keberlangsungan pabrik-pabrik yang ada.

”Di Brasil, India, atau Thailand, pabrik gula sudah banyak meraih pendapatan dari penjualan bioetanol, listrik, dan produk turunan lain. Jadi mereka tidak galau saat harga gula turun,” pungkas Subiyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper