Bisnis.com, JAKARTA - Japan Bank for International Cooperation (JBIC) berencana ikut membiayai proyek infrastruktur di luar Jawa dan menunggu kejelasan arah pengembangan proyek dari pemerintah baru.
"Kami membutuhkan daftar untuk mempelajari dan memutuskan proyek apa yang diberi pembiayaan. Kalau pengusaha Jepang juga ingin mengembangkan tentu akan kami pertimbangkan," kata Gubernur JBIC Hiroshi Watanabe di Gedung Kemenkeu, Selasa (20/1/2015).
Watanabe mengakui, meski investasi yang mengalir dari Jepang ke Indonesia cukup besar mayoritas investasi itu masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Mengutip data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi hingga akhir kuartal III/2014 berdasarkan negara asal, investasi Jepang menduduki posisi terbesar ke-2 dengan nilai US$2 miliar.
Sejauh ini, tutur Watanabe, investor Jepang berminat besar terhadap proyek infrastruktur berskala besar di bidang energi, transportasi, dan pengelolaan limbah.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah sangat berharap JBIC dapat terlibat secara maksimal dalam pembangunan infrastruktur di dalam negeri, baik melalui skema public private partnership (PPP) maupun melalui kerja sama dengan badan usaha milik negara (BUMN).
Terkait hal itu, Watanabe mengungkapkan pihaknya berharap agar diberi kemudahan demi kelancaran berbagai proyek. Seperti diketahui, JBIC adalah salah satu pemodal utama dalam megaproyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang yang terkatung-katung hingga kini karena pembebasan lahan.
Kendati menegaskan keinginan untuk tetap menjalin kerja sama dengan Indonesia, Watanabe mewanti-wanti pemerintah agar tak terlalu mengandalkan pembiayaan proyek dari lembaga keuangan internasional di tengah masalah ekonomi yang mendera sejumlah negara maju, termasuk Jepang.
"Negara maju seperti kami ini sedikit sulit kondisi ekonomi dan keuangannya. Pembiayaan yang menyertai konsesi bobotnya sedikit berkurang," katanya.
Seperti diketahui, Jepang tengah bergelut untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonominya yang terus tergerus. Adapun, hingga kini Indonesia masih menjadi debitur terbesar JBIC di Asia. Nilainya ditaksir telah melampaui 1 triliun yen.