Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krakatau Posco Belum Belum Ambil Sikap

Setelah berhasil menyelesaikan proyek pabrik tahap I akhir 2013, PT Krakatau Posco, perusahaan joint venture milik PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan perusahaan asal Korea Selatan Pohang Iron and Steel Co (Posco) belum mengambil sikap untuk melanjutkan perealisasian minat investasi tahap II.
PT Krakatau Posco, perusahaan joint venture milik PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan perusahaan asal Korea Selatan Pohang Iron and Steel Co (Posco) belum mengambil sikap untuk melanjutkan perealisasian minat investasi tahap II./JIBI
PT Krakatau Posco, perusahaan joint venture milik PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan perusahaan asal Korea Selatan Pohang Iron and Steel Co (Posco) belum mengambil sikap untuk melanjutkan perealisasian minat investasi tahap II./JIBI
Bisnis.com, CILEGON -- Setelah berhasil menyelesaikan proyek pabrik tahap I akhir 2013, PT Krakatau Posco, perusahaan joint venture milik PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan perusahaan asal Korea Selatan Pohang Iron and Steel Co (Posco) belum mengambil sikap untuk melanjutkan perealisasian minat investasi tahap II.
 
Director Technology and Business Development Division Krakatau Posco Marsidon Simanungkalit mengungkapkan kondisi tersebut terjadi lantaran lesunya industri baja, salah satunya ditunjukkan dengan anjloknya harga baja di pasar global.
 
Harga baja turun terus. Sekarang saja harga plat itu US$500-an. Kalau dulu kan harga plat bisa US$625. [Perekonomian] China, Ukraina dan Rusia itu [melambat] padahal yang banyak ekspor ke sana, ujarnya ketika ditemui di Kawasan Industri Krakatau akhir pekan lalu.
 
Marsidon mengatakan saat ini masih terus didiskusikan untuk pengambilan langkah selanjutnya. Hingga saat ini, belum ada keputusan final terkait rencana strategis bisnis untuk jenis produk akhir yang akan diproduksi. Menurutnya, perusahaan akan menimbang tingginya permintaan pasar global.
 
Untuk ada tahap I, Krakatau Posco sudah merealisasikan investasi senilai US$3 miliar untuk proyek pabrik baja dengan kapasitas 3 juta ton per tahun. Sesuai dengan minat awalnya, perusahaan tersebut akan merealisasikan total investasi senilai US$6 miliar untuk kapasitas 6 juta ton per tahun.
 
Dengan demikian, masih ada tambahan sekitar 3 juta ton lagi sesuai rencana awal akan direalisasikan di tahap kedua. Namun, Marsidon mengungkapkan besaran nilai investasi dan kapasitas akan berubah sesuai dengan penyesuaian kondisi terbaru yang masih terus digodog.
 
Menurutnya, hambatan pembebasan lahan ataupun pendanaan bukan menjadi faktor yang memengaruhi realisasi investasi untuk tahap II, melainkan kondisi perekonomian global, utamanya negara-negara yang menjadi tujuan ekspor baja.
 
Pihaknya menyambut positif adanya upaya penggenjotan infrastruktur di bidang kemaritiman yang menjadi prioritas pembangunan Indonesia. Menurutnya, prioritas tersebut diharapkan mampu menggenjot penyerapan baja di pasar domestik.
 
Sekarang ini kan produksi kita akan semakin besar kalau memproduksi plat yang lebih lebar dan besar. Kebutuhan seperti ini kan memang untuk kebutuhan infrastruktur. Kalau ada pelabuhan pasti ada kapal juga kan, itu kan pasti butuh baja, kata dia.
 
Terpisah, Direktur Teknologi dan Pengembangan Krakatau Steel Widodo Setia Dharmaji juga menyatakan saat ini memang sedang terjadi diskusi intensif dengan pihak Posco untuk perencanaan pengerjaan tahap ke II dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
 
Selain pasar global, aspek kelayakan dan kualitas produk baja serta kebutuhan dalam negeri juga turut menjadi pertimbangan jenis produk yang akan dibuat.
 
Kita sedang membentuk joint team dan melakukan kajian, kira-kira investasi yang paling pas dengan situasi bisnis saat ini seperti apa. Dahulu pada saat kita menetapkan joint venture dengan Posco disebutkan setahun setelah beroperasi krakatau steel dan posco akan melakukan perundingan untuk menetapkan tahap II nya, ungkap dia.
 
Setalah melakukan kunjungan dan menganalisis hambatan yang ada, Kepala BKPM Franky Sibarani berharap Krakatau Steel Posco bisa segera melakukan pengerjaan tahap II, menindaklanjuti pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Direktur Posco di Korea beberapa waktu lalu.
 
Permintaan memang melambat secara bisnis, tapi harapannya adalah dengan rencana pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dan powerplan harusnya menjadi market potensial untuk baja sendiri, tegasnya.
 
Pihaknya juga akan melakukan koordinasi terkait permintaan investor terkait penerapan SNI wajib bagi produk baja dan standarisasi industri. Menurutnya, SNI merupakan salah satu standar penting produk baja yang dibutuhkan untuk infrastruktur nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper