Bisnis.com, JAKARTA--Sebanyak enam dari 28 sektor korporasi di Asia Pasifik ditetapkan berprospek negatif pada 2015.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan Fitch Ratings, sebagian besar atau tepatnya 87% korporasi di Asia Pasifik ditetapkan memiliki prospek stabil pada 2015.
Meski demikian, enam dari total 28 sektor korporasi yang diteliti memiliki prospek negatif. Antara lain, sektor ritel di China, sektor komersial dan properti ritel di Hongkong, sektor perhotelan di Singapura, serta sektor Migas di India, China, dan Asia Tenggara.
Matt Jamieson, Kepala Riset Korporasi Asia Pasifik Fitch Ratings, memaparkan pihaknya telah menyusun seluruh aspek kunci dalam 28 laporan prospek sektoral secara terpisah.
"Laporan menyoroti pergerakan historis dan perkiraan pergerakan nilai utang bersih, rasio EBITDA, dan net leverage pada sektor korporasi Asia Pasifik,"jelasnya, dalam keterangan riset yang diterima Bisnis, Kamis(15/1/2015).
Secara keseluruhan, net leverage 252 korporasi diperkirakan membaik setidaknya menjadi 1,75x pada 2015 dari sebelumnya 1,78x pada 2014.
Hal itu berkat penurunan proyeksi utang bersih, terutama di sektor teknologi, dan rasio EBITDA yang diperkirakan meningkat terutama pada sektor real estate dan perumahan.
Fitch membedakan antara prospek sektor secara keseluruhan dan pengaruh alamiah atas entitas yang dinilai dalam sektor tersebut.
Dari 28 laporan yang diterbitkan, enam memiliki prospek negatif terhadap sektor keseluruhan, tapi hanya sektor ritel China, yang mendapat prospek peringkat negatif.
Laporan terhadap sektor Migas di tiga negara memiliki prospek negatif.
Penurunan harga minyak mentah dunia yang drastis pada kuartal IV 2014 berdampak negatif pada operasi sektor hulu termasuk eksplorasi dan produksi, pengeboran serta jasa lahan minyak.
Di sisi lain, penyusutan harga minyak mentah jelas berdampak positif terhadap banyak sektor korporasi lain yang memanfaatkan Migas.
Peringkat sektor perumahan dan real estate di China secara keseluruhan memperoleh prospek stabil pada 2015.
Namun Fitch tidak memperkirakan kenaikan signifikan dari kejatuhan 2014.