Bisnis.com, JAKARTA - Proses eskavasi dan penggalian situs megalitikum Gunung Padang, Jawa Barat, rupanya tak serta merta hanya menghasilkan situs cagar budaya secara fisik, melainkan pula pembangunan dan pemberdayaan kampung budaya di desa-desa sekitar.
Seperti yang dilakukan oleh komunitas traveling Lacak Kreatif bekerjasama dengan komunitas industri kreatif Gen Kreatif dan komunitas Cinta Bambu (Kociba).
Chaedar Saleh, Ketua Lacak Kreatif yang juga anggota Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang, mengemukakan terdapat tujuh desa di dalam radius 5 KM dari situs Gunung Padang yang sedang disiapkan untuk menjadi kampung budaya.
Ketujuh desa tersebut adalah Kampung Ciukir, Kampung Empang, Kampung Pasir Bitung, Kampung Gunung Melati, Kampung Legok dan Kampung Cipangeulan.
“Selama melakukan eskavasi, saya selalu ditanyai masyarakat sekitar apa yang bisa mereka dapat dari proses eskavasi tersebut. Dari situ saya terbangun, masyarakat sini harus dipersiap-kan untuk menyokong cagar budaya Gunung Padang,” ujarnya, Jumat (9/1/2015).
Pon S. Purajatmika, pengurus Kociba yang juga merupakan anggota TTRM, menilai kawasan di sekitar situs Gunung Padang dapat dikembangkan menjadi wisata seni kriya maupun seni astronomi.
Menurut dia, Gunung Padang memiliki kekayaan sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk menyokong pengembangan tersebut. “Saya melihat di Gunung Padang, selain situs megalitikum, juga bisa dikembangkan wisata seni kriya dan wisata astronomi,” kata Pon kepada Bisnis.
Berdasarkan kesadaran tersebut, Lacak Kreatif dan Kociba membangun kerja sama pemberdayaan masyarakat Gunung Padang. Kerjasama semakin solid ketika Gen Kreatif juga ikut bergabung.
Ketiga komunitas tersebut memilih seni kriya dengan bahan dasar bambu sebagai medium pemberdayaan masyarakat. Bambu dipilih atas dasar melimpahnya varietas bambu di sekitar kawasan Gunung Padang. Di sisi lain, bambu juga telah lama menjadi unsur kebudayaan masyarakat Gunung Padang. “Masyarakat sini harus punya identitas sendiri. Dan, seni kriya bambu ini bisa menjadi identi-tas bagi masyarakat Gunung Padang,“ ujar Pon.
Seperti gayung bersambut, masyarakat ternyata memberikan respons positif. Mereka menyukai dan antusias untuk ikut serta memberdayakan seni kriya dari bambu.
“Jika proses pemberdayaan ini berhasil, bukan tak mungkin Gunung Padang menjadi percontohan bagi daerah-daerah lain yang mampu memberdayakan cagar budaya dari sisi arkeologis sekaligus dari sisi antropologisnya,” ujar Amelia Day, pembina Gen Kreatif.