Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani menilai penaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan pemerintah ini sudah memberikan sinyal positif adanya semangat pengalihan subsidi ke sektor yang lebih produktif.
Besaran kenaikan Rp2.000 sejalan dengan sedang turunnya harga minyak dunia yang berada di bawah US$80 per barel dan belum signifikannya peningkatan harga komoditi yang selama ini menjadi andalan ekspor nasional. Selain itu, daya beli masyarakat pun dinilai belum membaik.
"Tentu kita harus dukung, ruang fiskal ini lebih baik. Arahan untuk pembangunan infrastruktur lebih bisa dilihat," ujarnya, Senin (18/11/2014).
Sebelumnya, dalam roadmap perekonomian Apindo, pengusaha mengusulkan adanya kenaikan BBM bersubsidi senilai Rp3.000 dalam 100 hari pertama untuk memberikan ruang fiskal.
Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi mengatakan kenaikan tersebut akan memberikan penghematan Rp17 triliun pada 2014 dan Rp150 triliun pada 2015.
Ketika ditanya terkait apakah perlu adanya kenaikan lagi tahun depan, Franky mengatakan pemerintah perlu mencermati lebih lanjut terkait kondisi perekonomian nasional.
Menurutnya, untuk saat ini pemerintah perlu menjamin betul adanya pengalihan subsidi ke sektor yang lebih produktif khususnya infrastruktur.
Di sisi lain, Franky mengatakan dampak dari kenaikan BBM ini diperkirakan akan menambah biaya produksi hingga akhir sebesar 3%-5%. Kenaikan berasal dari transportasi tenaga kerja yang selama ini mencakup 8%-10% dari total keseluruhan proses industri sebesar 1%-2%.
Kemudian, biaya ditribusi juga 30% dari total biaya industri sekitar 2%. Total mencapai 3%-5%, itu juga akibat naiknya UMR. Di awal tahun nanti, produk jual makanan di konsumen naik sekitar 5%.