Bisnis.com, SURABAYA – Sedikitnya ada 8 pabrik tekstil Tanah Air yang memutuskan untuk berhenti beroperasi di pertengahan tahun ini lantaran tidak sanggup menanggung biaya operasional yang semakin tinggi.
Adapun 8 pabrik tersebut di antaranya dua pabrik di Surabaya dan satu pabrik Pandaan Jawa Timur, dua pabrik Bandung Jawa Barat, satu pabrik Sragen dan satu pabrik Pekalongan Jawa Tengah dan satu pabrik di Banten.
Pabrik tekstil tersebut akhirnya terpaksa memberhentikan sekitar 20.000 tenaga kerjanya, baik secara PHK maupun merumahkan sementara.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan keputusan berhenti berproduksi menjadi satu-satunya jalan yang tepat dilakukan saat ini tanpa harus menunggu penetapan penaikan upah minium regional (UMR) tahun depan.
“Pabrik-pabrik ini berhenti secara bertahap, satu per satu sejak Agustus sampai saat ini. Ngapain harus menunggu penetapan upah tahun depan, kalau tarif listrik dan bahan bakar saja sudah mahal dari sekarang,” katanya kepada Bisnis, Kamis (9/10/2014).
Dia memaparkan beban listrik industri tekstil saat ini sudah mencapai 25%, pada sektor pemintalan sekitar 18%-23% dan perajutan 15%-19%.
Dibandingkan dengan Negara lain, biaya listrik industri dalam negeri terhitung sangat mahal dan menyebabkan daya saing produknya pun kalah dengan produk impor.
“Harga produk di sini sudah tidak bisa bersaing, karena produk tekstil impor justru lebih murah seperti dari China dan Korea,” imbuhnya.
Selain biaya listrik yang berkali-kali naik dan upah tenaga kerja yang terus bertambah, bahan baku tekstil yang masih impor juga menjadi penyebabnya.
Apalagi nilai tukar rupiah hingga saat ini masih belum stabil bahkan nilai tukar dolar sekarang tembus di angka Rp12.000.