Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri memproyeksikan kontribusi tekstil buatan domestik terhadap keseluruhan omzet tekstil di dalam negeri menyusut ke level 20%.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan pada tahun lalu tekstil buatan lokal menguasai sekitar 40% dari keseluruhan nilai penjualan yang mencapai Rp70 triliun.
"Sekarang ini sedang deindustrialisasi, tidak hanya TPT [tekstil dan produk tekstil] tapi semua industri karena tertekan kenaikan tarif listrik," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (25/9/2014).
Tekstil buatan dalam negeri semakin kehilangan pangsa pasar menyusul kenaikan tarif dasar listrik (TDL) berangsur sejak Mei 2014. Belum lagi, tuntutan buruh yang menginginkan kenaikan nilai upah minimum.
Lonjakan harga setrum mengakibatkan harga pokok produksi (HPP) naik 9% - 16% untuk industri serat, industri benang antara 12% - 21%, industri kain sekitar 12% - 21%, dan industri pakaian jadi 7% - 13%.
Sementara itu, produsen kesulitan mengkompensasikan kenaikan HPP terhadap harga jual produk. "Kami tidak bisa menaikkan harga sendiri tetapi tekstil impor, sebagai pembanding, harganya lebih murah," ujar Ade.