Bisnis.com, JAKARTA - Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM), karena sumur gas Gundih milik Pertamina EP terdapat gangguan.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Nur Pamudji mengatakan PLTGU di wilayah Semarang tersebut telah mendapatkan kontrak pasokan gas sebesar 50 billion british thermal unit per day (BBTUD) dari Lapangan Gundih milik Pertamina EP.
Nantinya, pasokan gas akan dialirkan ke pembangkit melalui jaringan pipa Gundih-Tambak Lorok yang telah siap digunakan.
“Sudah ada kontrak 50 BBTUD dari Gundih, tapi sekarang belum lancar mengalir karena sumur gas sana ada gangguan,” katanya seperti dikutip Bisnis, Kamis (14/8/2014).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menjelaskan pipa gas dari Gundih, Cepu ke Semarang sudah selesai dibangun. Namun, mesin-mesin di sumur gas Gundih masih perlu disesuaikan agar bisa mengalirkan gas.
“Penyesuaian mesin memakan waktu dua bulan,” ujarnya.
Selain memasok PLTGU Tambak Lorok, tambahnya, sebagian pasokan gas dari Lapangan Gundih akan ditambang dalam compressed natural gas (CNG) khusus pembangkit listrik yang akan digunakan untuk peaker jam 17.00 hingga 22.00.
Lebih jauh, sebagian lagi akan dipadatkan dalam mini CNG yang nantinya dikirim untuk memenuhi kebutuhan listrik Pulau Karimunjawa di Jepara, Jawa Tengah.
“Pulau Bawean sekarang menggunakan CNG yang berasal dari Gresik, Karimun akan meniru itu,” paparnya.
Pada Juni lalu, PLN kembali menggunakan BBM untuk mengoperasikan PLTGU Tambak Lorokyang sempat mati suri selama dua tahun.
Pembangkit tersebut terpaksa dimatikan sejak Oktober 2012 lalu oleh Dahlan Iskan yang saat itu menjadi Direktur Utama PLN. Penghentian itu dilakukan demi target penghematan bahan bakar minyak (BBM).
Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki mengatakan keputusan menggunakan BBM terpaksa dilakukan untuk memenuhi kekurangan pasokan listrik dari beberapa pembangkit di wilayah Jawa-Bali.
“Pakai minyak lagi, sementara harus begitu karena tidak ada pilihan lain,” jelasnya.
Suryadi memastikan pemakaian BBM tidak akan terlalu banyak. Pasalnya, pemakaian pembangkit tidak dimaksimalkan sejumlah kapasitas terpasang. Kalau di situ 2000 Megawatt, jelasnya, paling hanya dioperasikan sekitar 500 MW atau satu blok.
“Hanya dioperasikan ketika beban puncak saja,” ujarnya.
Sebelumnya, Suryadi menyatakan PLTGU berkapasitas 1.033 MW tersebut telah commissioning dengan menggunakan gas pada 12 Mei 2014 setelah mendapatkan kepastian pasokan gas dari Lapangan Gundih.
Pemerintah telah menghitung potensi penghematan sebesar Rp2 triliun per tahun jika PLTGU Tambak Lorok dioperasikan menggunakan bahan bakar gas.
PLTGU Tambak Lorok memiliki dua blok, masing-masing blok terdiri dari gas turbin 2x100 Megawatt (MW) dan steam turbine 1x185 MW. Dengan beroperasinya PLTGU Tambak Lorok ini pasokan sistem Jawa Bali akan bertambah 465 MW.