Bisnis.com, JAKARTA – Asumsi nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2015 berada di level Rp11.900 per dolar AS atau lebih lemah dari asumsi dalam APBNP 2014 Rp11.600 yang telah meleset dari asumsi sebelumnya di APBN 2014 sebesar Rp10.500.
Dengan demikian, pemerintah mengambil batas bawah kisaran asumsi nilai tukar yang diajukan Bank Indonesia yang diajukan pada rapat dengan DPR beberapa waktu lalu Rp11.900-Rp12.100 per dolar AS.
Beberapa waktu lalu, Gubernur BI Agus D. Martowardjojo menyatakan asumsi nilai tukar rupiah yang diajukan BI didasarkan pada 2015 ada prospek neraca perdagangan yang baik karena ada perbaikan kinerja ekonomi global.
Dengan demikian, akan memicu ekspor dan membuat impor terkendali. Namun, pemerintah masih harus mewaspadai defisit transaksi berjalan yang diprediksikan masih akan defisit.
“Selain itu, kita pertimbangkan pula kenaikan suku bungan The Fed,” tuturnya.
Senada dengan Agus, Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan tren rata-rata nilai tukar kumulatif Januari-Mei 2014 menunjukkan tren penurunan.
Selain itu, masih ada beberapa risiko ke depan, a.l. kebijakan tapering off dan tekanan arus likuiditas global, pemulihan ekonomi di China dan negara emerging markets yang belum sesuai harapan, dan risiko tekanan yang bersumber dari defisit neraca perdagangan.
Pada 2015, lanjut dia, masih ada risiko dari potensi dampak kebijakan suku bunga AS, risiko gejolak likuiditas, dan potensi berlanjutnya perlemahan ekonomi China.
Sekadar informasi, sejak 2010 hingga 2013, pertumbuhan ekonomi di China mengalami perlambatan dari 10,4% menjadi 7,7%.