Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu: Jika Sentimen Pilpres Mereda, Pemerintah Bisa Fokus ke Fundamental

Pemerintah berharap sentimen politik mereda pascapengumuman hasil Pilpres 2014 oleh KPU, sehingga bisa fokus membereskan masalah fundamental saat terjadi gejolak di pasar keuangan.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri/Bisnis
Menteri Keuangan M. Chatib Basri/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah berharap sentimen politik mereda pascapengumuman hasil Pilpres 2014 oleh KPU, sehingga bisa fokus membereskan masalah fundamental saat terjadi gejolak di pasar keuangan.

Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan selama dua pekan ketidakpastian berkaitan dengan persaingan ketat antarpasangan capres memicu volatilitas indeks harga saham gabungan dan rupiah.

Gejolak itu diharapkan berkurang, kecuali jika kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa -- pasangan capres-cawapres yang kalah dalam Pilpres 2014 -- mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.

"Kalau tidak (sentimen politik tidak mereda), bagaimana saya bisa fokus? Sudah dibuat kebijakan, tiba-tiba rupiah meloncat dari Rp11.500 ke Rp11.600 per dolar AS dalam waktu 3 jam," katanya, Rabu (23/7/2014).

"Yang penting proses transisi bisa berjalan dengan damai. Kita punya presiden baru, wapres baru, ini kemenangan besar. Setelah itu, mengurus ekonominya lebih gampang."

Chatib melihat saat ini terjadi euforia di pasar berkaitan dengan kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

IHSG hari ini ditutup menguat 0,2% menjadi 5.093 setelah sehari sebelumnya melemah hingga 0,9% karena capres Prabowo menarik diri dari proses Pilpres menjelang pengumuman hasil rekapitulasi suara oleh KPU.

Bersamaan dengan itu, rupiah terapresiasi 0,9% ke posisi Rp11.505 per dolar AS setelah sehari sebelumnya terdepresiasi 0,3%.

Chatib mengemukakan pasar harus kembali rasional mengingat ada beberapa tantangan global ke depan, seperti penaikan suku bunga the Fed yang dapat memicu capital outflow, risiko geopolitik yang dapat menaikkan harga minyak internasional, serta periode konsolidasi yang hanya memungkinkan pertumbuhan ekonomi bergerak 5,5%-6%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper