Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri gula rafinasi mengkhawatirkan habisnya stok gula rafinasi untuk kebutuhan industri makanan dan minuman pada semester II/2014 ini.
Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Wisnu Prayit mengatakan kebutuhan gula mentah untuk diolah menjadi rafinasi sekitar 3,1 juta ton. Namun, akibat terjadi rembesan beberapa waktu lalu, maka dipotong sekitar 200.000 ton menjadi 2,9 juta ton per tahun untuk tahun ini.
Adapun izin impor yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan sekitar 2,1 juta ton sehingga masih ada kekurangan sekitar 800.000 ton.
Perlu diketahui, kebutuhan gula mentah untuk industri gula rafinasi diperoleh dari impor, seperti dari Brazil, Thailand dan Australia. Biasanya, kata Wisnu, pada Juni atau Juli seluruh izin impor untuk gula mentah yang akan diolah menjadi rafinasi sudah keluar. Namun, hingga kini masih ada yang belum keluar.
Menurut dia, Kemenperin sudah memberikan rekomendasi atas izin impor gula mentah sekitar 500.000 ton lagi untuk tahun ini. “Saat ini belum, tertunda, ada kemungkinan terlewat. Sekarang sudah Juli akhir tetapi belum keluar izin dari Kemendag. Kami khawatir industri mamin akan terganggu,” kata Wisnu di Kemenperin, Selasa (22/7).
Meski industri mamin belum mengeluhkan kekurangan gula rafinasi, Wisnu berharap, pemerintah bisa memberikan izin impor sesuai jadwal yang direncanakan. Hal ini agar kegiatan industri mamin bisa tetap berjalan dengan baik, termasuk kegiatan ekspornya.