Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketimpangan Kesejahteraan di Indonesia Tercepat Kedua di Asia

Bank Dunia mengungkapkan melebarnya ketimpangan kesejahteraan Indonesia merupakan tercepat kedua dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan Asia selama dua dekade terakhir.
Warga miskin. Ketimpangan Kesejahteraan di Indonesia Tercepat Kedua di Asia.
Warga miskin. Ketimpangan Kesejahteraan di Indonesia Tercepat Kedua di Asia.

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Dunia mengungkapkan melebarnya ketimpangan kesejahteraan Indonesia merupakan tercepat kedua dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan Asia selama dua dekade terakhir.
 
Berdasarkan laporan kuartalan perekonomian Indonesia dari Bank Dunia, Indonesia mencatatkan peningkatan koefisien gini kedua tercepat setelah Tiongkok. Rata-rata koefisien gini Indonesia naik 0,5 poin persentase per tahun sejak 1990-2011.
 
Sementara negara-negara tetangga yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat seperti Indonesia, yakni Vietnam, Malaysia, dan Thailand justru mencatatkan ketimpangan yang stabil dengan kecenderungan menurun.
 
Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan peningkatan ketimpangan adalah hal yang serius. Menurutnya, ketimpangan yang meningkat membawa risiko bagi pertumbuhan ekonomi dan kohesi sosial.
 
“Kebijakan-kebijakan pro masyarakat miskin seperti perbaikan infrastruktur di pedesaan, perluasan akses ke pendidikan yang berkualitas dan mobilitas pasar tenaga kerja akan membantu memerangi ketidaksetaraan,” katanya, Senin (21/7/2014).
 
Ndiame menilai pemerintah yang akan datang akan menghadapi tantangan jangka panjang dalam mengatasi peningkatan ketimpangan. Meski tingkat kemiskinan dapat ditekan dalam dekade terakhir, kesenjangan antara masyarakat miskin dan kaya justru kian meningkat.
 
Pada 2012, tingkat konsumsi dari 10% rumah tangga paling kaya tercatat 6,6 kali lebih tinggi dibandingkn dengan konsumsi 10% rumah tangga termiskin. Pada 2013, konsumsi dari kelompok terkaya tercatat 10 kali lebih tinggi dari kelompok termiskin.
 
“Bahkan setelah bertahun-tahun, banyak pekerja Indonesia yang belum berhasil meningkatkan pendapatannya. Alhasil, para pekerja tersebut terancam jatuh kembali ke dalam jurang kemiskinan,” tuturnya.
 
Ndiame menilai tingkat ketimpangan Indonesia sesungguhnya lebih tinggi dari saat ini di level 0,41. Hal itu dikarenakan data yang digunakan untuk pengukuran tidak mewakili rumah tangga mampu secara memadai.
 
Dia mengaku pihaknya lebih menekankan pada ketimpangan ketimbang kemiskinan. Bahkan, berdasarkan surveinya, sebagian besar penduduk Indonesia menghendaki pemerintah baru menangani masalah ketimpangan ini.
 
Dari sekitar 83% penduduk Indonesia yang disurvei, sebanyak 39% menganggap keadaan sudah mendesak, dan 44% menyatakan sudah sangat mendesak. Sejalan dengan itu, Bank Dunia akan meluncurkan proyek penelitian tentang ketimpangan di Indonesia.
 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper