Bisnis.com, JAKARTA Terlepas dari perdebatan realistis atau tidaknya target pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai, presiden terpilih nantinya butuh kerja keras untuk mencapainya.
Untuk diketahui, Prabowo-Hatta menargetkan pertumbuhan ekonomi minimal 10%, sementara Jokowi-Jusuf Kalla menargetkan minimal 7%.
Pasalnya, menurut Gubernur BI Agus D. Martowardjojo, hingga 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa saja mencapai 6,5% dengan adanya reformasi struktural.
Kondisi ini juga mengikuti perbaikan kinerja pertumbuhan ekonomi global. Kalau Indonesia bisa meneruskan reformasi struktural kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5% di 2018. Lebih dari itu harus ada extra effort, ujarnya.
Sekadar informasi, indikator ekonomi global menunjukkan adanya tren peningkatan. Proyeksi rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia pada 2015 sebesar 3,9% naik dari tahun ini sebesar 3,6%.
Proyeksi rata-rata negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang berada di kisaran 2,3% naik 0,1% dari proyeksi tahun ini. Sementara itu, untuk negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan ASEAN-5 memilki proyeksi rata-rata 5,3% di tahun 2015 atau lebih tinggi dari proyeksi 2014 sebesar 4,9%.
Penggenjotan reformasi struktural, lanjut Agus, dilakukan dengan memperbaiki tiga pilar utama yakni daya saing industri nasional, kemandirian ekonomi nasional, dan sumber pembiayaan pembangunan yang berkesinambungan.
Selain itu, perbaikan dan pembangunan tiga pilar tersebut harus pula didukung dengan kebijakan-kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah.
Kebijakan tersebut mencakup kebijakan energi, pangan, dan modal utama pembangunan yang baik. Modal utama pembangunan itu termasuk infrastruktur, sumber daya manusia, teknologi, dan pembangunan institusi.
Dengan adanya peningkatan serta sinkronisasi ketat pada pilar utama dan kebijakan yang baik, target pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dimungkinkan akan tercapai.
Kalau sekarang hanya memperbaiki infra tapi tidak ada manajemen energi seperti BBM dan listrik, ditambah lagi dalam bidang pangan cenderung impor, kita tidak melanjutkan reformasi struktural, tuturnya.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan proyeksi ekonomi global 2015 di level 3,9% meningkat dari proyeksi 2014 sebesar 3,6% berimplikasi pada permintaan produk ekspor Indonesia.
Dengan adanya permintaan ekspor dan harapan pengetatan fiskal yang berakhir 2014 akan membuat pemerintah baru nantinya bisa melakukan ekspansi. Dengan demikian, pemerintah baru bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari tahun ini.