Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERSIAPAN MEA 2015: Indonesia Harusnya Jual Mahal

Menjelang berlakunya masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015, pasar dalam negeri masih bisa diselamatkan asalkan pemerintah Indonesia menghilangkan ego sektoral masing-masing.
  Bendera negara-negara anggota Asean. /
Bendera negara-negara anggota Asean. /

Bisnis.com, JAKARTA- Menjelang berlakunya masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015, pasar dalam negeri masih bisa diselamatkan asalkan pemerintah Indonesia menghilangkan ego sektoral masing-masing.

Peneliti dari Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri Ina Primiana mengatakan daya saing dan pasar industri dalam negeri masih bisa ditingkatkan asal ada sinergi antarkementerian yang selama ini dinilai tidak kompak. Menurutnya, selama ini tidak ada sinkronisasi antarkebijakan yang ada di setiap kementerian. Padahal, untuk bisa menyelesaikan masalah industri kekompakan antar lembaga/kementerian sangat diperlukan

“Soalnya sekarang Indonesia sudah terbuka semua, pasar dalam negeri akan diserbu. Harus cari produk unggulan Indonesia yang bahan bakunya dalam negeru. Potensi industri masih bisa dibangun,” kata Ina, Minggu (29/6/2014).

Menurutnya, pemerintah harus duduk bersama untuk mengidentifikasi sektor industri apa saja yang masih bisa dimaksimalkan. Bila dijalankan dengan serius dan mendapatkan dukungan dari seluruh kementerian, Indonesia bisa menghadapi MEA 2015.

“Sekarang tinggal bagaimana Indonesia memanfaatkan pasar dalam negeri, pasar yang besar dan menjadi incaran negara lainnya. Sekarang pasar sendiri saja Indonesia masih sulit menguasai, yang melihat kesempatan justru itu negara lain,” tambah dia.

Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana mengatakan sebagai negara yang memiliki pasar yang besar, Indonesia seharusnya bisa jual mahal. Namun sayang, yang terjadi selama ini Indonesia malah dengan mudahnya terbuka dengan negara lain yang tentunya bisa saja merugikan Indonesia.

Dia mencontohkan, penduduk Indonesia yang sekitar 250 juta penduduk akan dirugikan bila terbuka dengan Malaysia yang memiliki penduduk sekitar 25 juta. Belum lagi dengan Singapura yang di bawah 10 juta. “Yang diuntungkan dalam MEA itu adalah negara yang penduduknya kecil. Seharusnya, kebijakan tidak bisa disamakan dengan negara lain,” kata Agus.

Dengan kata lain, seharusnya Indonesia bisa lebih jual mahal dengan kelebihan pasar yang dimiliki. Misalnya, bila Malaysia membuka dua, Indonesia tidak ada salahnya membuka empat atau lebih. Pasalnya, bila apa yang diberikan Indonesia sama dengan yang diberikan Malaysia atau Singapura, Indonesia akan sulit diuntungkan.

“Strategi yang benar adalah jual mahal, berdagang itu kan harus seimbang. Namun sekarang, karena bangsa Indonesia baik, 99% sudah terbuka. Ke depan, Indonesia harus lebih pintar.”

Dia berharap, kursi kabinet ke depan bisa diisi oleh orang-orang yang berkompeten dan mau bekerja. Indonesia harus lebih jeli dalam mellihat rencana kerja sama dengan negara lain. Indonesia harus belajar berstrategi dari negara kuat. “Kalau industri mau dikorbankan, setidaknya pertanian jangan jadi korban.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Setyardi Widodo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper