Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah menyatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sudah mulai memengaruhi biaya produksi industri.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat berharap kondisi ini tidak berlangsung lama atau hanya sementara. Menyusul saat ini industri sudah sangat terpukul dengan berbagai kondisi yang ada, mulai dari kenaikan tarif listrik hingga pertumbuhan ekonomi dunia yang memang melambat.
Pelemahan rupiah dinilai akan membuat biaya produksi semakin tinggi, bila berlangsung dalam waktu yang lama.
“Bisa mulai memengaruhi biaya produksi. Yang pasti, pengeluaran untuk impor barang modal atau bahan baku penolong jadi bertambah, saya harap ini hanya sementara,” kata Hidayat di Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi atau peranan impor bahan baku/bahan penolong sepanjang Januari-April 2014 mencapai 76,48%. Sedangkan peran impor barang modal sekitar 16,63%. Masih dalam periode yang sama, impor bahan baku/bahan penolong sudah turun sekitar 4,89% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013, sedangkan impor barang modal turun 4,57%.
Hidayat berharap, pelemahan rupiah ini tidak membuat kinerja industri semakin tergerus lantaran impor bahan baku/bahan penolong dan barang modal terhambat lantaran tak ada budget.