Bisnis.com, JAKARTA – Tren pelemahan nilai tukar rupiah sekitar 2,4% yang terjadi hampir satu bulan dinilai menjadi salah satu pemicu tingkat inflasi Juni 2014.
Hasil finalisasi dengan tim, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti memprediksi tingkat inflasi Juni 2014 berada di level 6,81% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi Mei 2014 yang berada di level 7,32%. Namun, efek musiman menjelang Ramadan dan persiapan tahun ajaran baru membuat tingkat inflasi (mom) mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 0,16%.
“Inflasi di level 0,54% (mom),” ujarnya, Rabu (25/6/2014).
Dari data Bank Indonesia menunjukkan kurs tengah rupiah pada awal Juni dipatok Rp11.740 terhadap dolar AS. Sementara itu, hari ini, kurs tengah rupiah sudah dipatok Rp12.027 terhadap dolar AS.
Menurut Destry, naiknya tingkat inflasi juga imbas dari permintaan konsumsi makanan yang tinggi. Sementara di Juni tidak ada panen komoditas apapun. Menurutnya, tingkat lonjakan inflasi masih bisa dikendalikan karena pemerintah sebelumnya juga memastikan pasokan kebutuhan pokok menjelang Lebaran dinyatakan aman.
Alih-alih menurunkan impor, ekonom Institute for Development of Ecnomics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati berpendapat pelemahan nilai tukar rupiah justru memicu inflasi karena ketergantungan Indonesia terhadap komoditas impor digunakan untuk bahan baku ekpor.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), impor Indonesia selama Januari-April 2014 senilai US$59.486,9 juta mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2013 senilai US$62.114 juta. Namun penurunan hanya terjadi pada impor barang baku dan barang modal. Impor barang konsumsi justru mengalami kenaikan.
“Enggak sampai 1%, ya di kisaran 0,3%-0,5% (mom) asal bahan makanan terkendali. Tapi yoy-nya berada di kisaran 7,5%,” ujar Enny.
Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) juga membuat harga barang-barang konsumsi, seperti sabun dan pasta gigi juga sudah mengalami kenaikan. Masa-masa pemilu juga memicu demand yang tinggi sehingga pengusaha akan cenderung menaikan harga barang produksi mereka.