Bisnis.com, JAKARTA --Pemerintah Indonesia berkomitmen penuh agar produksi maupun ekspor sawit Indonesia dapat 100% sustainable dan tersertifikasi (certified sustainable palm oil/CSPO).
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Bachrul Chairi di hadapan puluhan stakeholders pada kegiatan diplomasi perdagangan sawit bekerja sama dengan KBRI Berlin akhir pekan lalu.
“Bagi Indonesia, industri sawit di Indonesia sangat strategis. Hampir 20 juta tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung berkecimpung dalam industri sawit dan memberikan kontribusi pendapatan devisa sebesar US$19,1 miliar pada 2013, sehingga sawit memegang peranan penting dalam pengentasan kemiskinan. Tiga petani yang ikut serta pada kegiatan diplomasi ini adalah bukti pentingnya peran sawit bagi peningkatan kesejahteraan”, kata Bachrul dalam pernyataan resmi yang dilansir Kemendag, Senin (9/6/2014).
Menurut Bachrul, tidak hanya bagi Indonesia, sawit merupakan sumber nabati yang paling produktif untuk dunia, karena dibandingkan dengan sumber nabati lainnya karena dapat menghasilkan 5-6 ton/tahun/hektar atau lebih dari 10 kali lipat, dan hanya membutuhkan 1% lahan dari 1,5 miliar hektar lahan pertanian untuk menyuplai 31% kebutuhan minyak nabati dunia.
Bachrul menjadi salah satu dari tiga pembicara pada kegiatan dengan topik “Sustainable Palm Oil Development di Indonesia”. Pembicara lainnya adalah Harjanto Hanawi, Direktur Indonesia Palm Oil Customer Care (IPOCC) dan Julia Hofmann mewakili German Forum for Sustainable Palm Oil (FONAP).
Ikut pula berpartisipasi dalam kegiatan ini, tiga petani dari Provinsi Riau untuk memberikan testimoni keberhasilan meningkatkan taraf hidup setelah menjadi petani plasma yang bermitra dengan perusahaan Indonesia.
Terkait dengan penerapan sustainability, FONAP memberikan apresiasi yang tinggi terhadap Indonesia dan diharapkan melalui jaringannya FONAP dapat mendukung konvergensi antara ISPO dan RSPO atau dengan lembaga sertifikasi lainnya seperti International Sustanaibility and Carbon Certification (ISCC), Rainforest Alliance dan Rountable of Sustainable Biomaterials (RSB).
FONAP juga diminta berperan aktif agar pemerintah Jerman dapat menyalurkan bantuan kepada petani kelapa sawit kecil. Dukungan lain juga disampaikan oleh World Wildlife Fund Jerman terhadap penerapan sustainability di Indonesia.
Selain itu, tim delegasi RI berkesempatan untuk mengunjungi Asosiasi Industri Pengolahan Bahan Baku Minyak dan Pusat Perbelanjaan Galeria Kaufhof, Alexanderplatz Berlin di sela-sela kunjungan kerja Diplomasi Sawit di Berlin.
Galeria Kaufhof merupakan salah satu rumah belanja terbesar di bawah jaringan Metro Group dan hingga kini telah memiliki 137 cabang berlokasi di daerah premium di seluruh dunia.
Beberapa produk-produk Indonesia telah masuk dan didistribusikan melalui jaringan tersebut, diantaranya produk-produk makanan olahan. Produk turunan kelapa sawit juga telah dikenal secara luas di dunia industri makanan olahan dan telah digunakan pada lebih dari 40 ribu produk makanan dan kosmetik.
Ekspor produk makanan olahan Indonesia ke Jerman mencapai US$110,7 juta pada 2013 atau meningkat 8,43% dibandingkan tahun sebelumnya. Pangsa pasar produk makanan dan minuman di Jerman masih sangat besar.
Hal ini terlihat pada peningkatan impor produk makanan Jerman dari dunia secara konsisten selama lebih dari 10 tahun dengan nilai terbesar mencapai US$84 miliar pada 2013.