Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi (Aspidi) Thomas Sembiring mengungkapkan pihaknya telah mengajukan izin impor sebesar 43.000 ton pada kuartal III untuk mengantisipasi kenaikan kebutuhan jelang Lebaran.
Aspidi mengestimasi, angka impor itu masih di bawah kuartal I yang sebanyak 51.000 ton. Pada kuartal II-IV 2014, angka itu turun menjadi kurang lebih 43.000 ton. Sehingga, total impor daging sapi pada tahun ini diperkirakan mencapai 180.000 ton.
Dia menuturkan, pihaknya meminta izin impor itu harus sudah diberikan pada bulan depan. Sebab, kata Thomas, apabila izin itu terlambat diberikan, maka importasi sebagai langkah untuk menutupi lonjakan kebutuhan bulan puasa dan Lebaran akan gagal.
Saya harapkan persetujuan impornya pertengahan Juni. Kalau meleset, lebih dari itu, waktunya mepet [dengan puasa dan Lebaran]. Tidak keburu, katanya kepada Bisnis, Minggu (25/5/2014).
Dia menjelaskan, pihaknya tidak ingin dituduh secara sengaja tidakmemenuhi kewajiban impor setelah rekomendasi dan surat persetujuan impor (SPI) diberikan.
Pada kesempatan berbeda, Kementerian Pertanian mengakui bahwa sudah ada beberapa importir yang mengajukan impor. Meskipun demikian, pemerintah menampik bahwa produksi daging sapi lokal tidak mencukupi kebutuhan nasional.
Ada 1 perusahaan yang mengusulkan impor pada April lalu, tapi terlambat, jadi tidak bisa. Saya dengar Juni nanti mereka akan memasukkan usulan impor lagi, kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Syukur Iwantoro.
Syukur mengungkapkan, bukan sapinya yang kurang, tapi masalah distribusi. Hal ini, ujarnya, menyulitkan pemerintah untuk mengatur arus distribusi di sentra konsumsi, seperti DKI Jakarta yang membutuhkan hingga lebih dari 50.000 ton/tahun atau sekitar 10% dari kebutuhan nasional.
Oleh karena itu, dia mengapresiasi langkah Pemprov DKI Jakarta yang menjalin kerja sama dengan sentra produksi daging seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).